DISKUSI Askep VAP

Diskusi gagal nafas kelas A

Diskusi gagal nafas kelas A

by Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng. -
Number of replies: 39

Topik ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Gagal Nafas. Bacalah materi dibawah ini dan jawab serta diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

  1. Jelaskan perbedaan gagal nafas tipe 1 (hypoxemic) dan tipe 2 (hypercapnic)
  2. Sebutkan etiologi gagal nafas
  3. Jelaskan patofisiologi terjadinya gagal nafas
  4. Sebutkan tanda dan gejala gagal nafas tipe 1 dan tipe 2
  5. Sebutkan pemeriksaan penunjang pada gagal nafas?
  6. Jelaskan penatalaksaaan gagal nafas
  7. Sebutkan indikasi pemasangan ventilasi mekanik pada pasien gagal nafas
  8. Sebutkan komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada gagal nafas
  9. Berdasarkan tanda dan gejala, sebutkan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada gagal nafas
Jangan lupa untuk menyertakan referensi untuk setiap pernyataan yang diberikan. Selamat berdiskusi....

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ANGGI DEWI SAPUTRI 1610201026 -

Assalamualaikum, ijin menjawab ibu

Etiologi dari gagal napas yakni

1. hipoventilasi yang meliputi obstruksi jalan nafas, penyakit paru, penyebab neurologi, dan cedera dada

2. Gangguan disfungsi gas yang meliputi gangguan alveolar dan edema paru

3. Ventilation-perfusion mismatch 

Dan saya juga ingin bertanya mengenai poin etiologi yang ketiga, apa yang dimaksud dengan v-p mismatch?

Terimakasih

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ENDAH PUSPODININGSIH 1610201016 -

Assalamualaikum wr wb. Mohon ijin menjawab.

Penatalaksanaan dari gagal nafas berupa farmakologi yaitu :

1. Beta-adrenergic atau anticholinergik ---》 bronkodilatasi

2. Corticosteroid, untuk mengurangi edema jalan nafas

3. Antibiotik, untuk mengatasi infeksi

4. Sedasi dan analgesia,  untuk mengurangi nyeri dan cemas – pemasangan ventilator

5. Neuromuscular blocking agent, untuk paralisis otot pernafasan

(edukasi pasien tentang efek obat)


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by DIAN TRINITA MUSYIAMI 1610201055 -

Ijin menjawab pertanyaan no 4 tanda dan gejala gagal nafas tipe 1 dan tipe 2

Gejala hipoksemia:

1.       Sistem saraf pusat (confusion, gelisah, kejang)

2.       Sistem kardiovaskular (aritmia, hipotensi, atau hipertensi)

3.       Sistem respirasi (dispnue, takipnue).

Gejala hiperkapnia

1.       somnolen, letargi, dan perubahan status mental.

2.       Bila terdapat asidosis respiratori yang berat, dapat terjadi depresi miokard yang mengakibatkan hipotensi.


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by HERWINDA WIDYASMORO 1610201027 -

Izin menjawab untuk pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan GDA

Klasifikasi Hipoksemia : 

Ringan : PaO2<80 mmhg

Sedang : PaO2<60 mmhg

Berat : PaO2<40

2. Rontgen dada

Melihat keadaan penyakit dan proses penyakit yang tidak diketahui

3. Hemodinamik

Tipe I peningkatan PCWP

4. EKG

mengetahui kondisi dan detak jantung pasien 


Sherina. 2010. Gagal nafas dan Ventilasi Mekanik. Modul Pelatihan ICU RSCM. Jakarta


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by A INUUN PANGASTUTI 1610201001 -

Patofisiologi Gagal Nafas 

Mekanisme gagal napas menggambarkan ketidak mampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau ventilasi dengan adekuat yang ditandai oleh ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasok oksigen yang cukup atau membuang karbon dioksida. Pada gagal napas terjadi peningkatan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 50 mmHg, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) kurang dari 60 mmHg, atau kedua-duanya. Hiperkarbia dan hipoksia mempunyai konsekuensi yang berbeda.

Peningkatan PaCO2 tidak mempengaruhi metabolisme normal kecuali bila sudah mencapai kadar ekstrim (>90 mm Hg). 

Diatas kadar tersebut, hiperkapnia dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan henti napas. Untuk pasien dengan kadar PaCO2 rendah, konsekuensi yang lebih berbahaya adalah gagal napas baik akut maupun kronis. Hipoksemia akut, terutama bila disertai curah jantung yang rendah, sering berhubungan dengan hipoksia jaringan dan risiko henti jantung.

Hipoventilasi ditandai oleh laju pernapasan yang rendah dan napas yang dangkal. Bila PaCO2 normal atau 40 mmHg, penurunan ventilasi sampai 50% akan meningkatkan PaCO2 sampai 80 mmHg. Dengan hipoventilasi, PaO2 akan turun kira-kira dengan jumlah yang sama dengan peningkatan PaCO2.

Kadang, pasien yang menunjukkan petanda retensi CO2 dapat mempunyai saturasi oksigen mendekati normal.

Disfungsi paru menyebabkan gagal napas bila pasien yang mempunyai penyakit paru tidak dapat menunjang pertukaran gas normal melalui peningkatan ventilasi. 

Anak yang mengalami gangguan padanan ventilasi atau pirau biasanya dapat mempertahankan PaCO2 normal pada saat penyakit paru memburuk hanya melalui penambahan laju pernapasan saja. Retensi CO2 terjadi pada penyakit paru hanya bila pasien sudah tidak bisa lagi mempertahankan laju pernapasan yang diperlukan, biasanya karena kelelahan otot.


Bakhtiar. 2013. ASPEK KLINIS DAN TATALAKSANA GAGAL NAFAS AKUT 

PADA ANAK. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3. Hal 173-178


http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3286/3092

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by RISA NUR KHASANAH 1610201024 -

Assalamu'alaikum Wr.Wb mohon maaf ibu mau menjawab nomor 1.

perbedaan:

gagal nafas Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia arteri ditandai dengan tekanan parsial O2 arteri yang rendah. gagal nafas Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia ditandai dengan peningkatan tekanan parsial CO2 arteri yang abnormal (PaCO2 > 46 mm Hg), dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh karena itu perbedaan PAO2 - PaO2 masih tetap tidak berubah. 

sumber : Diagnosis Gagal Nafas Akut Oleh Dewa Ayu (2017)

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by BETY RINDA SETYOWATI 1610201020 -

Assalamu'alaikum, izin menjawab bu..

Perbedaan gagal nafas tipe 1 dan 2

Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia arteri ditandai dengan tekanan parsial O2 arteri yang rendah.

Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia ditandai dengan peningkatan tekanan parsial CO2 arteri yang abnormal (PaCO2 > 46 mm Hg), dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh karena itu perbedaan PAO2 - PaO2 masih tetap tidak berubah.

Sumber: Dewa Ayu.(2017).Diagnosis Dan Penatalaksanaan Gagal Nafas akut.Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by DEVI ANUGRAHENI 1610201021 -

Mohon izin menjawab pertanyaan Bu

Komplikasinya dapat terjadi pada beberapa organ misalnya :

Komplikasi paru-paru: misalnya, emboli paru, jaringan parut paru-paru, pneumotoraks dan ketergantungan pada ventilator.

Komplikasi jantung: misalnya, aritmia gagal jantung dan infark miokaria akut.

Komplikasi neurologis: hipoksia otak dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak dan otak yang tidak dapat disembuhkan kematian.

Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan / atau obat nefrotoksik. Gastro-intestinal: ulkus stres, ileus, dan perdarahan

Nutrisi: malnutrisi, hipoglikemia diare, gangguan elektrolit

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by APRILIA MALAHAYATI 1610201054 -

Komplikasi daru gagal nafas adalah Adanya keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan (Brunner dan Suddarth, 2002).



In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by NUR AINI RUSTIANA DEWI 1610201015 -

Assalamualaimum wr wb

Izin menjawab bu pertanyan nomer satu


Dari materi yang diberikan ibu bahwa gagal pernapasan diklasifikasikan menurut kelainan gas darah menjadi tipe 1 dan tipe 2.

Kegagalan pernapasan tipe 1 (hipoksemik): PaO2 <60 mmHg dengan PaCO2 normal atau subnormal. Pada tipe ini, pertukaran gas terganggu pada tingkat membran aveolo-kapiler. Contoh kegagalan pernapasan tipe I adalah edema paru karsinogenik atau non-kardiogenik dan pneumonia berat.

Tipe 2 (hypercapnic) gagal napas: di mana PaCO2> 50 mmHg, terjadi karena kegagalan pompa pernapasan. 


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by SITI NUR ALFIAH 1610201029 -

Izin menjawab pertanyaan no 5

Pemeriksaan penunjang pada pasien gagal nafas :

  • Analisis gas darah

Foto thoraks AP atau PA

Elektrokardiografi bila ada kecurigaan sebab jantung

Tes fungsi paru seperti spirometri umumnya ditunda karena tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada pasien sakit kritis

Referensi

1. Phuong V, Kharasch VS. Respiratory Failure. Pediatr Rev. 2014;35:476–86.

3. Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff R, Pack AI, Senior RM. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders. 5th ed. New York: McGraw-Hill; 2015


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ALFI SULISTININGSIH 1610201061 -

Assalammualaikum ibu izin menjawab,

Penatalaksanaan 

  • Kenali dini kondisi gagal napas atau ancaman gagal napas saat triase

Bila sudah menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten.

Pertimbangkan kemungkinan intubasi

Sambil melakukan terapi, ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya sebelum terapi oksigen diberikan bila kondisi memungkinkan.

Koreksi hipoksemia dengan terapi oksigen

Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari penyebab gagal napas dan penyakit penyerta lain yang dapat memperberat keadaan pasien

Terapi spesifik sesuai etiologi : misalnya antibiotik pada pneumonia, bronkodilator pada asma, pemasangan chest tube pada pneumothoraks

Observasi ketat tanda vital

Rawat intensif bila terdapat indikasi dan memenuhi kriteria rawat
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by MEILINDA AYU NINGTIAS 1610201032 -

izin menjawab komplikasi yang terjadi

Komplikasi dari kegagalan pernafasan mungkin akibat dari gangguan gas darah atau dari pendekatan terapeutik

diri, Contoh komplikasi ini:

  • Komplikasi paru-paru: misalnya, emboli paru, jaringan parut paru-paru, pneumotoraks dan
  • ketergantungan pada ventilator.
  • Komplikasi jantung: misalnya, aritmia gagal jantung dan infark miokaria akut [10].
  • Komplikasi neurologis: hipoksia otak dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak dan otak yang tidak dapat disembuhkankematian.
  • Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan / atau obat nefrotoksik. Gastro-intestinal: ulkus stres, ileus, dan perdarahan 
  • Nutrisi: malnutrisi, hipoglikemia diare, gangguan elektrolit
sumber : Respiratory Failure - StatPearls - NCBI Bookshelf
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by JUMNAH 1610201052 -

Assalamualaikum, izin menjawad untuk penatalaksanaan  :

Farmakoterapi

  • Beta-adrenergic atau anticholinergik ->bronkodilatasi 
  • Corticosteroid ->mengurangi edema jalan nafas
  • Antibiotik -> mengatasi infeksi
  •  Sedasi dan analgesia ->mengurangi nyeri dan cemas – pemasangan ventilator
  • Neuromuscular blocking agent -> untuk paralisis otot pernafasan (edukasi pasien tentang efek obat)

Terapi oksigen

  • COPD -> 1-3 L oksigen per nasal kanul atau 28% per ventury mask 
  • Gangguan difusi (pneumonia, ARDS) -> 40% - 60% * periode singkat untuk menghindari oxygen toxicity ->menghambat sintesis surfaktan -> mengurangi pengembangan paru  
  • Hipoventilasi -> CPAP (continous positive airway pressure -> meningkatkan volume paru/ventilasi/ vp-mismatch

Manajemen jalan nafas

  • Obstruksi jalan nafas -> pemasangan ETT 
  • Trakeostomi -> dukungan ventilatory jangka panjang

Ventilator Mekanik

In reply to JUMNAH 1610201052

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by UMI HIJRIAH 1610201053 -
izin menambahkan untuk Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik :
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasia.Perbaiki jalan nafas, bantuan ventilasi: Face mask, ambu bag, ventilasi Mekanik
3. Fisioterapi dada

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ZAINI ANINDAWATI 1610201038 -
Penatalaksanaan Gagal Nafas Dasar penatalaksanaan terdiri dari penatalaksaan suportif/non spesifik dan kausatif/spesifik. Umumnya dilakukan secara simultan antara keduanya. A. Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas. 1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen 2. Atasi Hiperkapnia: a. Perbaiki ventilasi b. Perbaiki jalan nafas c. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag d. Ventilasi Mekanik 3. Fisioterapi dada B. Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit akan berlainan. sumber: https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/a3094ca3eede2196d8bdb1a6fffc6b2c.pdf
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by DWI WAHYU WULANDARI 1610201037 -

Saya mencoba menjawab pertanyaan bu
2. Etiologi gagal nafas
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan 
ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran nafas bawah, 
sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial,kapiler alveolar.
4. Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia arteri ditandai dengan 
tekanan parsial O2 arteri yang rendah.
Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia ditandai dengan peningkatan 
tekanan parsial CO2 arteri yang abnormal (PaCO2 > 46 mm Hg), dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh karena itu perbedaan PAO2 - PaO2
masih tetap tidak berubah.
6. Penatalaksanaan bersifat suportif 
- terapi oksigen
- perbaiki jalan nafas
Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik
Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari penyebab gagal 
nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk 
masing-masing penyakit akan berlainan

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by INDRIYANI SAFITRI 1610201057 -

Izin menjawab komplikasi:

Komplikasi pada gagal napas dapat terjadi baik akibat kondisi penyakit maupun akibat terapi yang diberikan.

Komplikasi Paru

Komplikasi paru yang terjadi umumnya berkaitan dengan tindakan ventilasi mekanik yang diberikan kepada pasien. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

Ventilator-associated pneumonia

Disfungsi diafragma akibat penggunaan ventilator

Barotrauma paru, misalnya pneumothoraks

Emboli paru

Fibrosis paru

Ruptur pembuluh darah paru

Cedera jalan napas

Fistula jalan napas (misalnya fistula trakeoesofagus)

Stenosis jalan napas [3]

Komplikasi Jantung

Hipotensi

Gangguan irama jantung

Penyakit jantung iskemik

Hipertensi pulmonal

Cor pulmonale pada gagal napas kronis

Komplikasi Gastrointestinal dan Ginjal

Distensi saluran cerna hingga pneumoperitoneum akibat ventilasi mekanik [8]

Stress ulcer

Acute kidney injury, umumnya terkait sepsis

Komplikasi Infeksi

Infeksi nosokomial akibat penggunaan ventilator, kateter urin, maupun kanul intravena dalam waktu lama

Sinusitis

Sepsis

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by WIDRIA NOVA A RAAFIANTI 1610201010 -

Assalamu'alaikum izin menjawab penatalaksanaan gagal nafas

  • Kenali dini kondisi gagal napas atau ancaman gagal napas saat triase

Bila sudah menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten.

Pertimbangkan kemungkinan intubasi

Sambil melakukan terapi, ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya sebelum terapi oksigen diberikan bila kondisi memungkinkan.

Koreksi hipoksemia dengan terapi oksigen

Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari penyebab gagal napas dan penyakit penyerta lain yang dapat memperberat keadaan pasien

Terapi spesifik sesuai etiologi : misalnya antibiotik pada pneumonia, bronkodilator pada asma, pemasangan chest tube pada pneumothoraks

Observasi ketat tanda vital

Rawat intensif bila terdapat indikasi dan memenuhi kriteria rawat
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by NURUL HIDAYATI 1610201050 -
Assalamualikum, izin menyawab penatalaksanaan gagal napas.

 Penatalaksanaan Gagal Nafas 

Dasar penatalaksanaan terdiri dari penatalaksaan suportif/non spesifik dan kausatif/spesifik. Umumnya dilakukan secara simultan antara keduanya. 

Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik

Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas, seperti pada tabel 2 berikut ini.

1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen

2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasi

a. Perbaiki jalan nafas

b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag

c. Ventilasi Mekanik

3. Fisioterapi dada

Tabel 3. Penatalaksanaan Gagal Nafas secara suportif/nonspesifik1

Atasi Hipoksemia

Terapi Oksigen

Pada keadaan PaO2 turun secara akut, perlu tindakan secepatnya untuk menaikkan PaO2 sampai normal. Berlainan sekali dengan gagal nafas dari penyakit kronik yang menjadi akut kembali dan pasien sudah terbiasa dengan keadaan hiperkarbia sehingga pusat pernafasan tidak terangsang oleh hipercarbia drive melainkan terhadap hypoxemia drive. Akibatnya kenaikan PaO2 yang terlalu cepat, pasien dapat menjadi apnoe.1

Pemberian oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar membutuhkan oksigen. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat, dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas.1

Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasien dengan keadaan hipoksemia akut. Oksigen harus segera diberikan dengan adekuat karena jika tidak diberikan akan menimbulkan cacat tetap dan kematian Pada kondisi ini oksigen harus diberikan dengan FiO2 60-100% dalam waktu pendek dan terapi yang spesifik diberikan. Selanjutnya oksigen diberikan dengan dosis yang dapat mengatasi hipoksemia dan meminimalisasi efek samping.1

Cara pemberian oksigen secara umum ada 2 macam yaitu sistem arus rendah dan sistem arus tinggi. Kateter nasal kanul merupakan alat dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal Kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran 1-6 L/mnt, dengan FiO2 antara 0,24-0,44 (24 %-44%). 

Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan FiO2 secara bermakna diatas 44% dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi kering. Alat oksigen arus tinggi di antaranya ventury mask dan reservoir nebulizer blenders. Pasien dengan PPOK dan gagal napas tipe hipoksemia, bernapas dengan mask ini mengurangi resiko retensi CO2 dan memperbaiki hipoksemia. Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan sampai 40 L/mnt oksigen melalui mask, yang umumnya cukup untuk total kebutuhan respirasi. Dua indikasi klinis untuk penggunaan oksigen dengan arus tinggi ini adalah pasien yang memerlukan pengendalian FiO2 dan pasien hipoksia dengan ventilasi abnormal.1

Atasi Hiperkapnia: Perbaiki Ventilasi Jalan napas (Airway)

 Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obat pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan seperti endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas buatan dibandingkan jalan napas alami.1

Resiko jalan napas buatan adalah trauma insersi, kerusakan trakea (erosi), gangguan respon batuk, resiko aspirasi, gangguan fungsi mukosiliar, resiko infeksi, meningkatnya resistensi dan kerja pernapasan. Keuntungan jalan napas buatan adalah dapat melintasi obstruksi jalan napas atas, menjadi rute pemberian oksigen dan obat-obatan, memfasilitasi ventilasi tekanan positif dan PEEP, memfasilitasi penyedotan sekret, dan rute bronkoskopi fibreoptik. Indikasi intubasi dan ventilasi mekanik adalah seperti pada Tabel 2 di atas dan 

juga tabel 4 berikut ini:3

 Secara Fisiologis:

a. Hipoksemia menetap setelah pemberian oksigen

b. PaCO2 >55 mmHg dengan pH < 7,25

c. Kapasitas vital < 15 ml/kgBB dengan penyakit neuromuskular

 Secara Klinis:

a. Perubahan status mental dengan dengan gangguan proteksi jalan napas

b. Gangguan respirasi dengan ketidakstabilan hemodinamik

c. Obstruksi jalan napas (pertimbangkan trakeostomi)

d. Sekret yang banyak yang tidak dapat dikeluarkan pasien 

Catatan: Perimbangkan trakeostomi jika obstruksi di atas trakea

Tabel 4. Indikasi Intubasi dan ventilasi mekanik3

Faktor lain yang perlu dipikirkan adalah ketersediaan fasilitas dan potensi manfaat ventilasi tekanan positif tanpa pipa trakea (ventilasi tekanan positif non invasif).

Ventilasi: Bantuan Ventilasi dan ventilasi Mekanik

Pada keadaan darurat bantuan nafas dapat dilakukan secara mulut kemulut atau mulut ke hidung, biasanya digunakan sungkup muka berkantung (face mask atau ambu bag) dengan memompa kantungnya untuk memasukkan udara ke dalam paru.

Hiperkapnia mencerminkan adanya hipoventilasi alveolar. Mungkin ini akibat dari turunnya ventilasi semenit atau tidak adekuatnya respon ventilasi pada bagian dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Peningkatan PaCO2 secara tiba-tiba selalu berhubungan dengan asidosis respiratoris. Pasien dengan pemulihan awal diharapkan, ventilasi mekanik non invasif dengan nasal atau face mask merupakan alternatif yang efektif. Indikasi utama pemasangan ventilator adalah adanya gagal napas (Tabel 2 dan tabel 4) atau keadaan klinis yang mengarah ke gagal napas (gawat nafas yang tidak segera teratasi). Kondisi yang mengarah ke gagal napas adalah termasuk hipoksemia yang refrakter, hiperkapnia akut atau kombinasi keduanya. Indikasi lainnya adalah pneumonia berat yang tetap hipoksemia walaupun sudah diberikan oksigen dengan tekanan tinggi atau eksaserbasi PPOK dimana PaCO2nya meningkat mendadak dan menimbulkan asidosis. Keputusan untuk memasang ventilator harus dipertimbangkan secara matang. Sebanyak 75 % pasien yang dipasang ventilator umumnya memerlukan alat tersebut lebih dari 48 jam. Bila seorang terpasang ventilator lebih dari 48 jam maka kemungkinan dia tetap hidup keluar dari rumah sakit (bukan saja lepas dari ventilator) jadi lebih kecil. Secara umum bantuan napas mekanik (ventilator) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu invasive Positive Pressure Ventilator

(IPPV), dimana pasien sebelum dihubungkan dengan ventilator diintubasi terlebih dahulu dan Non Invasive Positive Pressure Ventilator (NIPPV), dimana pasien sebelum dihubungkan dengan ventilator tidak perlu diintubasi. Keuntungan alat ini adalah efek samping akibat tindakan intubasi dapat dihindari, ukuran alatnya relatif kecil, portabel, pasien saat alat terpasang bisa bicara, makan, batuk, dan bisa diputus untuk istirahat.

Terapi suportif lainnya

Fisioterapi dada. Ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret, sputum. Tindakan ini selain untuk mengatasi gagal nafas juga untuk tindakan pencegahan. 

Pasien diajarkan bernafas dengan baik, bila perlu dengan bantuan tekanan pada perut dengan menggunakan telapak tangan pada saat inspirasi. Pasien melakukan batuk yang efektif. Dilakukan juga tepukan-tepukan pada dada, punggung, dilakukan perkusi, vibrasi dan drainage postural. Kadang-kadang diperlukan juga obat-obatan seperti mukolitik dan bronkodilator.6

Bronkodilator (beta-adrenergik agonis/simpatomimetik). Obat-obat ini lebih efektif bila diberikan dalam bentuk inhalasi dibandingkan jika diberikan secara parenteral atau oral, karena untuk efek bronkodilatasi yang sama, efek samping secara inhalasi lebih sedikit sehingga dosis besar dapat diberikan secara inhalasi. Terapi yang efektif mungkin membutuhkan jumlah beta-adrenergik agonis dua hingga empat kali lebih banyak daripada yang direkomendasikan. Peningkatan dosis (kuantitas lebih besar pada nebulisasi) dan peningkatan frekuensi pemberian (hingga tiap jam/nebulisasi kontinu) sering kali dibutuhkan. Pemilihan obat didasarkan pada potensi, efikasi, kemudahan pemberian, dan efek samping. Diantara yang tersedia adalah albuterol, metaproterenol, terbutalin. Efek samping meliputi tremor, takikardia, palpitasi, aritmia, dan hipokalemia. Efek kardiak pada pasien dengan penyakit jantung iskemik dapat menyebabkan nyeri dada dan iskemia, walaupun jarang terjadi. Hipokalemia biasanya dieksaserbasi oleh diuretik tiazid dan kemungkinan disebabkan oleh perpindahan kalium dari kompartement ekstrasel ke intrasel sebagai respon terhadap stimulasi beta adrenergik.

Antikolinergik/parasimpatolitik. Respon bronkodilator terhadap obat antikolinergik tergantung pada derajat tonus parasimpatis intrinsik. Obat-obat ini kurang berperan pada asma, dimana obstruksi jalan napas berkaitan dengan inflamasi, dibandingkan bronkitis kronik, dimana tonus parasimpatis tampaknya lebih berperan. 

Obat ini direkomendasikan terutama untuk bronkodilatsi pasien dengan bronkitis kronik. Antikolinergik pada pasien gagal nafas harus selalu dikombinasikan dengan beta adrenergik agonis. Ipratropium bromida tersedia dalam bentuk MDI (metered dose inhaler) atau solusio untuk nebulisasi. Efek samping jarang terjadi seperti takikardia, palpitasi, dan retensi urin.

Teofilin. 

Teofilin kurang kuat sebagai bronkodilator dibandingkan beta adrenergik agonis. Mekanisme kerja adalah melalui inhibisi kerja fosfodiesterase pada AMP siklik (cAMP), translokasi kalsium, antagonis adenosin, stimulasi reseptor beta adrenergik, dan aktifitas anti inflamasi. Efek samping meliputi takikardia, mual dan muntah. Komplikasi yang lebih parah adalah aritmia, hipokalemia, perubahan status mental dan kejang.

Kortikosteroid.

 Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan napas tidak diketahui pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah sel inflamasi telah didemonstrasikan setelah pemberian sistemik dan topikal. Kortikosteroid aerosol kurang baik distribusinya pada gagal napas akut, dan hampir selalu digunakan preparat oral atau parenteral. Efek samping kortikosteroid parenteral adalah hiperglikemia, hipokalemia, retensi natrium dan air, miopati steroid akut (terutamapada dosis besar), gangguan sistem imun, kelainan psikiatrik, gastritis dan perdarahan gastrointestinal. Penggunaan kortikosteroid bersama-sama obat pelumpuh otot non depolarisasi telah dihubungkan dengan kelemahan otot yang memanjang dan menimbulkan kesulitan weaning.

Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik 

Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit akan berlainan.

Sumber : https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/a3094ca3eede2196d8bdb1a6fffc6b2c.pdf&ved=2ahUKEwj2jPLrsZ3mAhU57HMBHQCkAWkQFjADegQIBRAB&usg=AOvVaw0vzxceyQqQ8j2RHVosIi4w

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by SITI ROHIMI ZAM ZAM 1610201017 -

Assalamualaikum

Saya akan menjawab soal tentang tanda dan gejala

Gagal nafas tipe 1 (hipoksemia)

  1. Sistem saraf pusat (confusion, gelisah, kejang)
  2. Sistem kardiovaskular (aritmia, takikardi, hipotensi, atau hipertensi)
  3. Sistem respirasi (dispnue, takipnue).
Gagal nafas tipe 2 (hiperkapnia)

  1. somnolen, letargi, dan perubahan status mental.
  2. Bila terdapat asidosis respiratori yang berat, dapat terjadi depresi
  3. Miokard yang mengakibatkan hipotensi.
  4. Koma
  5. Asterixis
  6. Papilloedema
  7. Sakit kepala
  8. Perubahan perilaku
  9. Ekstremitas hangat
Referensi

Shebl, E & Burns, B (2019), Respiratory Failure, NCBI Bookshelf




In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by FITRIYAH 1610201063 -
Asallamualaikum
izin menjawab nomor 7
indikasi pemasangan ventilasi mekanik pada pasien gagal nafas

1. Serangan jantung

2. Takipnea atau bradypnea dengan kelelahan pernapasan

3. Acid Asidosis pernapasan akut

4. Hipoksemia refrakter (ketika PaO2 tidak dapat dipertahankan di atas 60 mm Hg dengan fraksi O2 (FIO2)> 1.0)

5. Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas yang terkait dengan tingkat depresi dan kesadaran
6. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
7.  Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg
8.  PaCO2 lebih dari 60 mmH
9. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
10.  Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.




In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by DEVI RAHIMANUR MAJID 1610201014 -

Mohon izin menjawab penatalaksanaan gagal nafas Ibu.  

Tujuan terapi gagal napas adalah memaksimalkan pengangkutan oksigen dan membuang CO2. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kandungan oksigen arteri dan menyokong curah jantung serta ventilasi. Karena itu, dalam tatalaksana terhadap gagal nafas, yang perlu segera dilakukan adalah: perbaikan ventilasi dan pemberian oksigen, terapi terhadap penyakit primer penyebab gagal nafas, tatalaksana terhadap komplikasi yang terjadi, dan terapi supportif.


Bakhtiar. 2013. ASPEK KLINIS DAN TATALAKSANA GAGAL NAFAS AKUT 

PADA ANAK. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3. Hal 173-178


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by MEILINDA AYU NINGTIAS 1610201032 -

izin menjawab, masalah keperawatan yang muncul :

  • gangguan spontan ventilasi
  • Disfungsi ventilasi tanpa respon
  • Ketidakefektifan jalan nafas
  • gangguan pertukaran gas
Sumber : Shebl, E & Burns, B (2019), Respiratory Failure, NCBI Bookshelf  Curtis Kate, Ramsden Clair, (2011), Emergency and Trauma care for Nurses and Paramedics, Elsevier
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by SALSABILA TARA MELINDA 1610201046 -

Izin menjawab nomor 7.  Indikasi pemasangan ventilasi mekanik pada pasien gagal nafas berdasarkan ppt yaitu :

1.      Serangan jantung

2.      Takipnea atau bradypnea dengan kelelahan pernapasan

3.      Acid Asidosis pernapasan akut

4.      Hipoksemia refrakter (ketika PaO2 tidak dapat dipertahankan di atas 60 mm Hg dengan fraksi O2 (FIO2)> 1.0)

5.      Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas yang terkait dengan tingkat depresi dan kesadaran
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by NURUL HANIFAH FATIKASARI 1610201047 -
Assalamuallaikum wr.wb
Mohon izin menjawab ibu, untuk komplikasi gagal nafas yaitu
  1. Komplikasi paru-paru: misalnya, emboli paru, jaringan parut paru-paru, pneumotoraks dan ketergantungan pada ventilator. 
  1. Komplikasi jantung: misalnya, aritmia gagal jantung dan infark miokaria akut. 
  1. Komplikasi neurologis: hipoksia otak dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak dan otak yang tidak dapat disembuhkan hingga menyebabkan kematian.
  1. Ginjal: gagal ginjal akut dapat terjadi karena hipoperfusi dan / atau obat nefrotoksik.
  1. Gastro-intestinal: ulkus stres, ileus, dan perdarahan Nutrisi: malnutrisi, hipoglikemia diare, gangguan elektrolit


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by RIZKI EDIASIH PRILIANA 1610201009 -

Assalamu'alaikum, mohon ijin untuk  menjawab 

Komplikasi Gagal Nafas

Kondisi gagal napas yang tidak mendapatkan penanganan sedini mungkin berisiko tinggi menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada berbagai organ tubuh, seperti:

1. paru-paru

Gagal napas bisa menyebabkan fibrosis parupneumothorax, dan gagal napas kronis. Pada pasien gagal napas yang memiliki penyakit paru kronis, alat bantu napas mungkin akan perlu digunakan seumur hidup untuk membantu mencukupi kebutuhan oksigennya.

2. jantung 

Gagal napas dapat memicu terjadinya serangan jantung, gagal jantung, dan kelainan irama detak jantung atau aritmia akibat kekurangan oksigen pada jantung.

3. ginjal 

Gagal napas yang membuat kekurangan oksigen dapat dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Fungsi ginjal yang rusak dan terganggu ini bisa memperparah gangguan elektrolit dan gangguan asam basa.

4. otak 

Gagal napas yang menyebabkan kekurangan oksigen dapat membuat sel otak mengalami kerusakan. Kondisi ini bisa berkembang menjadi koma hingga kematian.

5. sistem pencernaan

Gagal napas dapat memicu terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan, serta gangguan pada lambung dan usus.


In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by IRVAN KURNIAWAN 1610201072 -

Izin mencoba menjawab pertanyaan etiologi gagal nafas.

Gagal nafas dapat disebabkan oleh 1.kelainan intrapulmonal dan ektrapulmonal

2. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran nafas bawah,sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial,kapiler alveolar. Kelainan ektrapulmonalmerupakan kelainan pada pusat nafas, neuromuskular, pleura maupun saluran nafas atas.

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by YUSTIKA ZHULFI PUTRIANI 1610201059 -

Assalamu'alaikum 

Izin menjawab no 7 mengenai indikasi pemasangan ventilasi mekanik pada pasien gagal nafas

1. Henti jantung atau pernapasan.

2. Takipnea atau bradypnea dengan kelelahan pernapasan.

3. Asidosis pernapasan akut.

4. Hipoksemia refrakter (saat PaO2 tidak dapat dipertahankan di atas 60 mm Hg dengan fraksi O2  (FIO2)> 1.0).

4. Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas terkait dengan penurunan tingkat kesadaran.

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ELENA NABILA 1610201018 -

Assalamualaikum wr.wb

Izin menjawab soal nomor 5

Pemeriksaan Penunjang GNA:
- Analisa Gas Darah
- Chest Radiography
- Complete blood count
- Cek sputum, darah dan urin
- Blood electrolytes and thyroid function tests
- Pulmonary function tests
- Electrocardiography (ECG) Echocardiography
- Bronchoscopy

Shebl, E., & Burns, B. (2019). Respiratory Failure. NCBI Bookshelf, 2–7.

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by FINY NUR ANNISAFITRI 1610201030 -
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan pada pasien tidak adekuat untuk memelihara kehidupannya. Indikasi utama penggunaan ventilasi mekanik adalah untuk mensuport pasien dengan gagal napas, termasuk kegagalan dalam ventilasi (hiperkarbia), kegagalan oksigenasi (hipoksia) ataupun keduanya. Gagal napas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi tidak dapat menjaga pertukaran gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism, contohnya oksigenasi atau eliminasi CO2. Secara konvensional, gagal napas didefinisikan ketika tekanan arterial O2 (PaO2) 6.0 kPa (45 mmHg) atau keduanya. Dewantari, L. P. A. and Nada, I. K. W. (2017) ‘Aplikasi Alat Bantu Napas Mekanik’.
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by LULUK NUR KHASANAH 1610201002 -

Assalamu'alaikum saya izin mencoba menjawab pertanyaan

2. Gagal nafas dapat diakibatkan oleh kelainan pada paru, jantung, dinding dada, otot pernafasan dan mekanisme pengendalian sentral ventilasi di medula oblongata. Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab langsung gagal nafas, disfungsi dari jantung, sirkulasi paru, sirkulasi sistemik, transport oksigen hemoglobin dan disfungsi kapiler sistemik mempunyai peran penting pada gagal nafas. Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas.

6. Dasar penatalaksanaan terdiri dari penatalaksaan suportif/non spesifik dan

kausatif/spesifik.

Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik

Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas

1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen

2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasi

a. Perbaiki jalan nafas

b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag

c. Ventilasi Mekanik

3. Fisioterapi dada


Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik

Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing masing penyakit akan berlainan


Sumbe : https//simdos.unud.ac.id/uplods/file-penelitian_1_dir 

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ELENA NABILA 1610201018 -

Assalamualaikum wr.wb

Saya ingin mencoba menjawab soal nomor 7-9

7. Indikasi VM:
- Apneu
- Hipoksemia unresponsive oleh terapi O2
- Adanya peningkatan kerja pernafasan
- Takipneu (RR >30x/menit)
- Koma
- Ketidakseimbangan hemodinamik
- Hiperkapnia dengan pH < 7.25

8. Komplikasi GNA:
- Gg. Paru
- Gg. Jantung
- Gg. Neurologis
- Gg. Ginjal
- Gg. GI
- Gg. Nutrisi

9. Nursing Diagnosis:
- Hambatan Ventilasi Spontan
- Disfungsi Respon Penyapihan Ventilasi
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
- Gangguan Pertukaran Gas





Source:

Curtis Kate, Ramsden Clair, (2011), Emergency and Trauma care for Nurses and Paramedics, Elsevier.
Shebl, E., & Burns, B. (2019). Respiratory Failure. NCBI Bookshelf, 2–7
In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by NIKEN PURNOMO 1610201025 -

Assalamualaikum izin menjawab pertanyaan nomor 6

 Dasar penatalaksanaan gagal napas terdiri dari penatalaksaan suportif/non spesifik dan kausatif/spesifik yaitu :

1.Penatalaksanaan non spesifik adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pertukaran gas, seperti

Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen

 Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasi 

a. Perbaiki jalan nafas 

b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag, Ventilasi Mekanik 

c.  Fisioterapi dada

2. Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit akan berlainan.

Murat K, Michael R P. 2012. Respiratory Failure. Available from :http:// emedicine.medscape.com/article/167981-overview

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by TACIKA AKIKO NAWANGLUPI ANNISA 1610201065 -


Izin menjawab nomer 2 dan 3 

2 Sebutkan etiologi gagal nafas Jawab: Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal dimuat kelainan pada saluran nafas bawah, sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial, kapiler alveolar. Kelainan ektrapulmonal merupakan kelainan pada pusat nafas, neuromuskular, pleura dan saluran nafas atas. 3 Jelaskan patofisiologi gagal gagal nafas Jawab: patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang sangat penting di dalam hal penatalaksanaannya. Secara umum ada empat dasar Beralih gangguan perpindahan gas pada sistem pernafasan yaitu: 1.) Hipoventilasi 2.) Ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi 3.) Pintasan darah kanan ke kiri 4.) Gangguan difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi Sementara kelainan bisa diakses seluruh partisi tersebut. Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu: hiperkapnia atau gagal dan hipoksemia atau kegagalan oksigenasi. Gagal nafas pada saat melibatkan oleh kegagalan pelepasan yang ditandai dengan retensi CO2, dihapus dengan penurunan pH yang abnormal, penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di alveoli-arteri (Aa) DO2 meningkat atau normal Kegagalan ventilasi dapat disebabkan oleh hipoventilasi karena kelainan ektrapulmoner dan ketidakseimbangan V / Q yang berat pada kelainan intrapulmoner atau terjadi kedua. Hiperkapnia yang terjadi karena kelainan ektrapulmoner karena menyebabkan penurunan aliran udara antara atmosfer dengan paru-paru tanpa kelainan perpindahan gas di parenkim paru. Dengan dengan demikian akan diperoleh peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dan nilai (Aa) DO2 normal. Kematian pada penderita Penyakit paru-paru terjadi sebagai berikut: sebagian alve5oli transisi menurun relatif terhadap perfusi, sedangkan sebagian lagi terjadi peningkatan kemudahan relatif terhadap perfusi. Asal daerah dengan kemudahan rendah dapat dikompesasi dengan daerah terventilai tinggi sehingga tidak terjadi Peningkatan PaCO2. Namun, pertimbangkan ketidakseimbangan konservasi ini Sudah lebih dari itu Kegagalan yang ditandai oleh peningkatan PaCO2, penurunan PaO2, dengan Peningkatan (Aa) DO2 yang menguntungkan.3 Pada gagal napas tipe hipoksemia, PaCO2 normal atau menurun, PaO2 adalah menurun dan Peningkatan (Aa) DO2. Gagal nafas tipe ini terjadi pada kelainan pulmoner dan ektrapulmoner. Terjadinya hipoksemia terjadi akibat ketidakseimbangan dibangun-perfusi dan pintasan darah kanan-kiri, sedangkan gangguan difusi dapat merupakan gangguan penyerta.

3 Indikator gagal pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal adalah 16-20 x / mnt. Bila lebih dari20x / mnt tindakan yang dilakukan beri bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul lanjut. Kapasitas vital adalah ukuran pengoperasian (normal 10-20 ml / kg)

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by ANNISA FATONAH 1610201008 -

Assalamu'alaikum mohon izin menjawab..

Tanda gejala yang tampak pada penderita gagal napas tipe 1 dan tipe 2 adalah sebagai berikut:

1. Sesak napas

Pada awal tahapan gagal napas, gejala yang dominan terlihat adalah sesak napas. Sesak napas ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen.

2. Bibir, kuku dan kulit pucat.

Rendahnya kadar oksigen ini menyebabkan bibir, kuku, dan kulit penderitanya terlihat pucat.

3. Penurunan kesadaran.

Bila tidak segera tertangani, rendahnya kadar oksigen akan membuat otak tidak dapat bekerja baik. Otak sendiri merupakan pusat kesadaran dan pada akhirnya pusat kesadaran ini yang akan dikorbankan.

4. Irama jantung tidak teratur (aritmia)

Kekurangan oksigen pada otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, sedangkan pada jantung mengakibatkan ketidakteraturan irama jantung.

5. Sesak napas dan pucat. Sesak napas terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dalam darah. Akibatnya kulit dan bibir serta kuku akan terlihat lebih pucat.

6. Napas cepat. Peningkatan frekuensi napas terjadi sebagai usaha tubuh dalam mengeluarkan karbondioksida yang berlebih di dalam darah.

(Diagnosis dan penatalaksanaan gagal nafas akut. Dewa Ayu Mas Shintya Dewi 2017)

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by SITI ROHIMI ZAM ZAM 1610201017 -

pemeriksaan penunjang pada gagal nafas

Laboratorium

  • Analisa gas darah
  • Pulse oximetry
  • capnography
Radiologi

  • Radiografi dada
  • Ekokardiografi
  • Pulmonary function test
Referensi

Syarani, Dr. dr. Fajrinur, M.Ked(Paru), S. P. (K) (2017) ‘Gagal Napas’, in Buku  Ajar Respirasi. Medan: USU Press, pp. 551–573.

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by SITI ROHIMI ZAM ZAM 1610201017 -

pemeriksaan penunjang pada gagal nafas

Laboratorium

  • Analisa gas darah
  • Pulse oximetry
  • capnography
Radiologi

  • Radiografi dada
  • Ekokardiografi
  • Pulmonary function test
Referensi

Syarani, Dr. dr. Fajrinur, M.Ked(Paru), S. P. (K) (2017) ‘Gagal Napas’, in Buku  Ajar Respirasi. Medan: USU Press, pp. 551–573.

In reply to Dwi Prihatiningsih, S. Kep., Ns., M. Ng.

Re: Diskusi gagal nafas kelas A

by NURUL CAHYANI RAHMADHANY 1610201019 -

Izin menjawab etiologi dari gagal napas.

1. Hipoksemia : keracunan gas Atau zat kimia, anemia, severe bradycardia, ventrikel febrilasi, PPOK, dan obat-obatan.

2. Hiperkapmia : PPOK, serangan asma berat, penurunan fungsi pengendalian napas (tumor), penyakit neuromuscular, obstruksi saluran napas atas