PEMBAHASAN
1. Proses Pembuatan Donat Tidak Sehat
Proses penambahan lilin pada pembuatan donat
ini dilakukan dengan memanaskan minyak goreng terlebih dahulu, dan minyak yang
telah panas selanjutnya dimasukkan beberapa lilin ke dalamnya sampai semua
lilin meleleh dan benang yang terdapat pada lilin dibuang. Adonan donat selanjutnya dimasak di
dalam campuran minyak goreng dan lilin yang telah panas. Penggunaan lilin pada
proses penggorengan donat dianggap oknum pedagang dapat mengurangi penggunaan
minyak sehingga biaya produksi donat menjadi lebih rendah.
2.
Hasil Uji Laboratorium Boraks dan Lilin pada
Makanan
Menurut
PERMENKES No. 033/MenKes/Per/XI/2012, Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya
disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara
langsung dan/tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan. BTP dapat mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambah ke dalam pangan untuk
tujuan teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat pengan tersebut
baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Peran bahan
tambahan pangan (BTP) ini khususnya bahan pengawet, pengenyal menjadi semakin
penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi BTP sintetis. Banyaknya
bentuk BTP dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga
yang relatif murah akan mendorong meningkatkan pemakaian BTP yang berarti
meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu (Cahyadi, 2008).
Asam boat (borid
acid) dan boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan
digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks dalam senyawa kimia berbentuk
kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air,
boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat. Asam borat dan
turunannya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.
Asam borat dan
turunannya merupakan salah satu jenis bahan tambahan makanan yang dilarang
digunakan dalam produk makanan. Pemakaian boraks dalam makanan tidak
diperbolehkan dalam kadar apapun. Boraks dapat mengganggu kesehatan bila
digunakan dalam makanan.
Boraks
merupakan bahan yang dikenal dalam industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata.
Jika boraks terdapat dalam makanan, maka dalam jangka waktu yang lama akan
menumpuk pada otak, hati, lemak, dan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan
percernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, dan
bahkan kematian.
Menurut
Oliveoile (2008), boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7 10H2O yang banyak digunakan
dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet
kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks. Di
Indonesia boraks merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang
digunakan pada produk makanan, karena asam borat dan senyawanya merupakan
senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Boraks sejak lama telah
digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk
puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping
itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.
Pemeriksaan
yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di sejumlah sekolah
di Depok Jawa Barat, ditemukan adanya zat pengawet yang diduga boraks di dalam
jajanan berupa lontong yang berbahan dasar beras (Virdhani, 2009). Selain itu
Agus Purnomo (2009), seorang dosen Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Lampung,
melakukan penelitian tentang boraks pada makanan berupa mi basah, lontong,
bakso, pempek, dan kerupuk udang yang diambil secara acak di Pasar SMEP, Tugu,
Bambu Kuning, Kampung Sawah, dan swalayan Bandar Lampung. Setelah dilakukan uji
laboratorium, dari 30 contoh mi
basah, 84% positif mengandung boraks. Dari 9 sampel lontong, 11,1% mengandung
boraks, dan dari 13 sampel pempek, 85% juga positif mengandung borak. Yang
lebih parah lagi adalah 12 sampel lontong, 7 sampel cincau hitam dan 12 sampel
kerupuk undang, 100% positif mengandung boraks.
Menurut
Trastusi, dkk (2013). Sampel produksi pangan yang diuji di laboratorium dengan
metode nyala api mengahasilkan reaksi nyala api berwarna biru menunjukan bahwa
sampel tidak mengandung bahan pengawet berbahaya boraks. Apabila dengan metode
nyala api menghasilkan nyala api yang berwarna hijau, ini menujukan bahawa
sampel tersebut mengandung boraks.
Boraks
diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/ lontong tersebut sangat
kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika
digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur bagus dan renyah.
Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami
sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji
khusus boraks di laboratorium.
Proses
identifikasi boraks dan formalin dalam makanan akan dilakukan dengan dua macam
metode, yaitu scientific vs simple
methods. Yang dimaksud dengan scientific
method dsini adalah metode identifikasi yang dilakukan di laboratorium
menggunakan bahan-bahan kimia. Dimana hasil dari identifikasi ini akan
dibandingkan dengan hasil identifikasi menggunakan simple method. Pada simple
method, bahan-bahan yang digunakan untuk proses identifikasi bukanlah
bahan-bahan kimia melainkan bahan-bahan alam yang mudah di dapatkan dari
linkungan sekitar dan tidak harus dilakukan di laboratorium. Selain itu, simple method ini tidak harus dilakukan
di laboratorium, tetapi dapat dilakukan di rumah dengan peralatan-peralatan
yang ada di rumah.
Untuk mensukseskan kegiatan ini, maka sosialisasi akan dilakukan dengan
presentasi dan dilanjutkan dengan praktek identifikasi boraks dan formalin
secara langsung dengan menggunakan simple
method. Selain itu, akan dibagikan leaflet kepada seluruh peserta yang
berisi tentang pengertian, bahaya, serta cara identifikasi boraks dan formalin
dalam makanan serta akana dibagikan kertas kurkumin sebagai hasil penelitian di
laboratorium yang dapat digunakan untuk identifikasi boraks di rumah.
Beberapa uji yang akan
dilakukan pada scientific method
untuk identifikasi boraks adalah sebagai berikut:
1.
Metode Nyala Api
- Alat
a.
Cawan petri
b.
Pinset
c.
Korek Api
d.
Furnace
e.
Pipet Ukur
f.
Pipet tetes
g.
Mortar dan Penggerus
h.
Kompor
- Bahan
a.
H2SO4
b.
Metanol
c.
Air Kapur Jenuh
d.
Kertas Lakmus
- Cara kerja
a.
Siapkan alat dan bahan.
b.
Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian
timbang sample sebanyak ± 3 gram sample.
c.
Masukkan kedalam cawan petri, dan atur pH dengan
menambahkan Air kapur jenuh hingga suasana menjadi asam, di ukur dengan kertas
lakmus.
d. Setelah asam, kemudian
masukkan cawan petri ke dalam furnace.
e. Tambahkan 5 ml H2SO4
pekat, aduk sampai homogen hingga larutan menjadi asam (lakmus biru
menjadi merah), tambahkan 10 ml Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api
berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
2.
Metode Kertas Tumerik
- Alat dan Bahan
a.
Kunyit,
b.
Boraks sebagai kontrol
positif,
c.
Blender,
d.
Kertas saring.
- Cara Kerja
a.
Mula-mula, kita
membuat kertas tumerik.
b.
Ambil beberapa potong
kunyit ukuran sedang,
c.
Kemudian menumbuk dan
menyaringnya sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning.
d.
Kemudian, celupkan kertas
saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan.
e.
Hasil dari proses ini
disebut kertas tumerik.
f.
Selanjutnya, buat
kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh
boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks,
g.
Teteskan pada kertas
tumerik yang sudah disiapkan.
h.
Amati perubahan warna
pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai
kontrol positif
i.
Tumbuk bahan yang akan
diuji dan beri sedikit air.
j.
Teteskan air larutan dari
bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik
k.
Amati perubahan warna
apa yang terjadi pada kertas tumerik.
l.
Apabila warnanya sama
dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut
mengandung boraks.
m.
Apabila tidak sama warnanya,
berarti bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks.
Sedangkan pada simple method untuk identifikasi boraks
dapat dilakukan dengan membuat larutan ekstrak kurkumin kemudian ditetesi
dengan bahan makanan yang sudah dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air.
Apabila terjadi perubahan warna dari kuning ke merah kecoklatan, maka di dalam
makanan tersebut terdapat formalin. Akan tetapi, perlu di pelajari terlebih
dahulu berapak konsentrasi kurkumin yang efektif untuk proses identifikasi
boraks tersebut.
Untuk scientific method pada identifikasi
formalin adalah sebagai berikut:
- Alat
a.
Lumpang dan alu
b.
Kain
c.
Pipet tetes
d.
Gelas kimia
e.
Tabung reaksi
- Bahan
a.
KMnO4
b.
Aquades
c.
Sampel
-
Cara kerja
a.
Sampel dihancurkan dengan lumpang dan alu.
b.
Ditambahkan 30 mL aquades.
c.
Kemudian disaring dengan kain.
d.
Ambil 2 mL filtrat sampel yang sudah disaring.
e.
Lalu tambahkan 1 tetes KMnO4.
f.
Adanya formalin ditunjukkan oleh hilangnya warna pink dari KMnO4.
Simple method pada identifikasi formalin adalah sebagai
berikut:
- Alat
a.
Gelas ukur
b.
Beaker glass
c.
Pisau
- Bahan
a.
Sampel
b.
Papaya muda
c.
Air
- Cara kerja
a.
Siapkan gelas ukur
b.
Masukan 150 mL air ke dalam gelas ukur, kemudian masukan ke dalam beaker
glass.
c.
Masukan sampel ke dalam gelas kimia yang berisi air
d.
Seset kulit buah papaya muda dengan pisau, dan ambil getah yang keluar dari
kulit
e.
Masukan getah papaya ke dalam gelas kimia yang berisi ikan asin
Diamkan selama 2 menit,
dan lihat apa yang terjadi. Jika terjadi penggumpalan, maka dalam sampel
tersebut terdapat formalin.
3. Dampak Mengkonsumsi Boraks dan Lilin dalam
Makanan bagi Kesehatan
Sudah tidak asing lagi bahwa banyak
zat-zat berbahaya yang langsung dicampur sebagai bahan pembuat makanan, salah
satu zat yang sering digunakan yaitu ‘Boraks’ atau ‘Bleng’. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk secara
langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam
tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi makanan berboraks akan
menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu enzim-enzim
metabolisme. Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai
berikut:
1)
Keadaan umum: lemah, sianosis,
hipotensi
2)
Terhirup: iritasi membran mukosa,
tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada sistem saraf pusat berupa
hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa atrial fibrilasi, syok dan
asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah pemaparan, akibat syok,
depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
3)
Kontak dengan kulit: Eritrodemik
rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari
setelah pemaparan.
4)
Tertelan: mual, muntah, diare,
gangguan pencernaan, denyut nadi tidak beraturan, nyeri kepala, gangguan
pendengaran dan penglihatan, sianosis, kejang dan koma. Keracunan berat dan
kematian umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak dalam 1-7 hari setelah
penelanan, sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi.
Dalam jumlah banyak boraks dapat
menimbulkan keracunan kronis akibat tibunan boraks, antara lain:
1)
Demam,
2)
Anuria (tidak terbentuknya urin),
3)
Koma,
4)
Merangsang sistem saraf pusat,
5)
Menimbulkan depresi,
6)
Apatis,
7)
Sianosis,
8)
Tekanan darah turun,
9)
Kerusakan ginjal,
10)
Pingsan,
11)
Kematian.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung
boraks memang tak sertamerta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks
yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain
melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit. Boraks yang
terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak,
dan testes (buah zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut
4,5 - 4,98 gr/kg
berat badan (tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan
pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain.Pada anak kecil dan
bayi, boraks sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika dosisnya mencapai 10 - 20 gram atau
lebih.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
033/MenKes/Per/XI/2012 tentang BTP, boraks merupakan bahan berbahaya dan
beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai BTP. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks
memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks menumpuk
sedikit demi sedikit karena diserap di dalam tubuh. Seringnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks dan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal
(Cahyadi, 2008).
4.
Cara Memilih Donat Tidak Sehat
Terdapat beberapa tips yang bermanfaat untuk mengetahui apakah
donat yang akan dikonsumsi mengandung boraks dan lilin atau tidak. Berikut
tips-tips yang dapat diikuti:
1) Donat yang tidak mengandung boraks
akan lebih mudah dibelah, sedangkan donat yang mengandung boraks akan terasa
keras saat dibelah.
2) Warna donat yang tidak mengandung
lilin kurang menarik karena, berwarna cokelat tua, sedangkan donat yang
mengandung lilin akan berwarna lebih menarik, yaitu cokelat muda pada seluruh
bagian donat.
3) Donat yang tidak mengandung boraks
hanya akan bertahan selama satu hari, sedangkan donat yang mengandung boraks
dapat bertahan selama 3 hari.
REVISI
Untuk pembahasan, masih berkutat pada ciri dari donat yang tidak sehat, belum menyentuh tentang apa yang diinvestigasikan, oleh karenanya, perlu data dan dokumentasi terhadap hasil dari investigasi pada objek penelitian, tidak adanya indepth interview, sehingga hanya terkesan deskriptif saja kemudian untuk pembahasan ini masih terkesan adanya copy dan paste, mohon untuk dihindari, silahkan upload untuk revisinya,