Diskusi Pengantar Biokimia

Kelas B Sifat kimia dan sifat fisika

Kelas B Sifat kimia dan sifat fisika

by 2110101092 DINANDA DWI SETYORINI -
Number of replies: 0

Sifat kimia 

1. Sifat mereduksi, Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu++dan ion Ag+yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu.


2. Pembentukan furfular, Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasiheksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural apabila direaksikan dengan α naftol atau timol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.


3. Pembentukan osazon, terjadi karena gugus aldehid ataupun keton dari karbohidrat berikatan dengan phenilhidrazine. Reaksi antar senyawa tersebut merupakan reaksi oksidasi reduksi, dimana atom C nomor satu dan dua dari aldosa atau ketosa mengalami reaksi.


4. Pembentukan Ester, Adanya gugus hidroksil memungkinkan terjadinya ester apabila direaksikan dengan asam. Monosakharida mempunyai beberapa gugus -OH dan dengan asam fosfat dapat menghasilkan ester asam fosfat.


5. Isomerisasi, Monosakharida apabila dilarutkan dalam asam encer dapat stabil, tetapi tidak demikian untuk basa encer. Glukosa dalam basa encer akan berubah menjadi fruktosa dan manosa dan ketiganya berada dalam keadaan keseimbangan.


6. Pembentukan glikosida, Glukosa apabila direaksikan dengan metilalkohol(metanol) akan menghasilkan 2 senyawa, yang dapat dipisahkan dan keduanya tidak memiliki sifat aldehida. Senyawa tersebut disebut asetol atau glikosida. Ikatan yang terjadi antara gugus metil dengan monosakharida disebut ikatan glikosida dan gugus -OH yang bereaksi disebut gugus -OH glikosidik. Sebagai contoh adalah glukosa dengan metil alkohol akan menghasilkan metil -@-D-glukopiranosa. Dengan hidrolisis metilglikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol.


Sifat fisika 

7. Rumus Fischer, Dalam rumus Fischer digunakan istilah dekstro (d) dan levo ( l ). Biasanya huruf d atau l ditulis di depan nama gula sederhana. Bentuk l merupakan bayangan cermin dari bentuk d. Bila gugus hidroksil pada karbon nomor 2 (di tengah) dari sebuah molekul struktur linier gliseraldehida terletak di sebelah kanan, dinamakan d dan bila berada di sebelah kiri, dinamakan l .

Meskipun terdapat bentuk d dan l , tetapi monosakarida-monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya berbentuk d, dan jarang sekali dalam bentuk l , kecuali l-fruktosa yang terdapat dalam mukopolisakarida dan mukoprotein. Beberapa pentosa yang secara alam terdapat dalam bentuk l ialah l-arabinosa dan l-xilosa, yang terdapat pada urin penderita pentosuria.

Fischer menggunakan (d) untuk menyatakan konfigurasi (+) gliseraldehida, dengan gugus hidroksil di sebelah kanan; enantiomernya dengan gugus hidroksil di sebelah kiri, ditetapkan sebagai l (-) gliseraldehida. Karbon yang paling teroksidasi (CHO) ditetapkan di bagian atas.


8. Aktivitas optik, senyawa yang dapat menyebabkan terjadinya putaran cahaya terpolarisasi dikatakan mempunyai sifat aktivitas optik. Senyawa yang mutar cahaya terpolarisasi ke kanan diberi tanda positif (+) atau huruf kecil d (dekstro), sedangkan yang memutar cahaya terpolarisasi ke kiri beri tanda negatif (-) atau huruf kecil l (Levo).


9. Konfigurasi molekul, Dengan menggunakan acuan letak OH pada atom C kedua sebelum terakhir, monosakarida diberi awalan D, jika OH terletak di kamar dan L jika OH terletak di kiri. 


10. Rumus Haworth, Kimiawan karbohidrat Inggris WN. Howarth memperkenalkan cara proyeksi yang dikenal dengan proyeksi Howarth. Sudut valensi antara atom karbon bukan 180° tetapi 109,5°. Oleh karena itu, gugus aldehida pada karbon pertama menjadi sangat dekat dengan gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima jika rantai dipuntir. Pada proyeksi ini cincin digambarkan seolah-olah planar dan dipandang dari tepinya, dengan oksigen di kanan-atas. Substituen melekat pada cincin di atas atau di bawah bidang.