diskusikan pelyanan KB Pada:
1. Kondisi Situasi Bencana
2. Kondisi New Normal
3. KB pada ODHA
diskusikan pelyanan KB Pada:
1. Kondisi Situasi Bencana
2. Kondisi New Normal
3. KB pada ODHA
Baik ibu
Baik ibu
Nggih ibu, saya sedang membaca materi
Baik ibu
Baik bu
Baik bu
Baik bu
baik bu
baik bu
Nggih ibu
Baik bu
Bai
assalamualikum wr wb , saya izin bertanya
Dalam pelayanan KB berkualitas dalam situasi bencana , kenapa metode KB kondom yang paling sering di gunakan ? berikan alasan nya ?
Saya Dinda Putri Raja 1910106089 izin mencoba menjawab pertanyaan mba Rahma
KB kondom merupakan metode kb yang paling sering di gunakan karena kb kondom memiliki kelebihan diantaranya harganya yang terjangkau, memberikan perlindungan dari bahaya penularan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), dan sangat mudah didapatkan
Saya Cezaratania Ayu S (1910106094) izin menjawab. KB kondom sering digunakan karena praktis, murah, dan mudah diperoleh
Saya Salsya Naulia Chamid izin menambahkan jawaban. Kondom menjadi pilihan untuk digunakan pada kondisi darurat misalnya pada kondisi bencana karena diantaranya :
1. KB dalam situasi bencana
KB dalam situasi bencana mencangkup :
Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB pada kondisi situasi darurat bencana, adalah:
Pelayanan KB Berkualitas Dalam Situasi
Bencana
Kontrasepsi Darurat
Dua metode kontrasepsi darurat yang digunakan adalah:
2. KB dalam New Normal
Isu KB di Masa Pandemi Covid
5 kebijakan yang BKKBN lakukan selama
pandemi Covid-19
3. KB pada ODHA
Dorong pemakaian kondom untuk semua orang HIV positif
Baik ibu
Assalamu'alaikum saya Purwaningsih izin bertanya, pada slide yang menyinggung terkait KB untuk ODHA. Disitu dijelaskan bahwa pemakaian kondom dapat digunakan untuk klien yang HIV positif. Akan tetapi, pada spermisida baik secara sendiri ataupun kombinasi itu tidak di perbolehkan untuk klien yang tertular HIV atau penderita AIDS, mengapa demikian? Dan apa pengaruhnya jika menggunakan spermisida tersebut?
Terima kasih 🙏
penggunaan spermisida ini sering menyebabkan iritasi pada penis atau vagina, sehingga lebih rentan menyebabkan infeksi menular seksual seperti HIV dan gonore.
Assalamualikum saya siti nazilla izin berpendapat menurut sumber Spermisida tidak bisa mencegah penyakit menular seksual. Jenis kontrasepsi inidapat mengiritasi alat kelamin, Salah satunya, infeksi menular seksual. Spermisida mempunyai efek samping:
Terimakasih
WHO tetap menekankan pentingnya penggunaan kondom. kondom masih merupakan satu-satunya metode KB yang bisa mencegah penyebaran HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Demi perlindungan ganda bagi pasangan.
karena spermisida juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina sehingga berisiko memicu terjadinya infeksi bakteri di vagina atau infeksi saluran kemih. Selain itu, penggunaan spermisida tanpa kondom juga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
Baik ibu
Baik Ibu..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ibu saya nur ajizah Kalla / 1910106067 izin bertanya bu
Tentang Pasca Keguguran
Apa penyebab Faktor resiko Keguguran pada Ibu Hamil ?
Wa'alaikumussalam saya Purwaningsih izin menjawab pertanyaan dari mba Azizah
Penyebab faktor resiko keguguran pada ibu hamil yaitu ;
1. Kelebihan atau kekurangan berat badan.
2. Konsumsi yang berlebihan.
3. Mengidap penyakit jangka panjang (kronis), seperti hipertensi yang parah, gangguan ginjal, lupus, atau diabetes yang tidak terkendali.
4. Mengonsumsi keras minuman atau menggunakan obat-obatan terlarang selama masa kehamilan.
5. Mengonsumsi obat-obatan yang memiliki efek samping yang negatif pada janin, misalnya retinoid, misoprostol, dan obat anti-inflamasi non-steroid
6. Pengaruh infeksi tertentu, seperti malaria, toksoplasmosis, rubela, sitomegalovirus, klamidia, gonore, atau sifilis.
7. Pengaruh masalah kesehatan ibu, contohnya, karena memiliki struktur rahim yang abnormal, masalah pada plasenta, leher rahim yang lemah, atau sindrom ovarium polikistik.
8. Risiko akan meningkat seiring usia ibu yang menua. Perempuan yang hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi.
Terima kasih
Saya nurul yumna izin menjawab
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, antara lain:
Assalamualaikum
Saya yuni fitriya izin menjawab
Faktor resiko Keguguran pada Ibu Hamil salah satunya adalah penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, dan gonore. Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid. Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal.
Assalamualaikum,saya Bella Ariska izin menjawab pertanyaan dari mba ajizah
Faktor penyebab keguguran pada ibu hamil :
1.Kelainan kromosom
Lebih dari setengah total kasus keguguran yang terjadi sebelum janin berusia 12 minggu disebabkan karena terdapat kelainan kromosom. Kelainan kromosom bisa menyebabkan beberapa kondisi, yaitu embrio tidak berkembang atau berkembang namun berhenti.
Kelainan kromosom ini tidak bisa dicegah dan tidak dipahami sepenuhnya penyebab terjadinya. Namun, para ahli meyakini bahwa ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kromosom pada janinnya.
2. Kondisi medis
Kondisi kesehatan ibu sangat berpengaruh pada janin. Beberapa kondisi yang perlu menjadi perhatian jika hamil antara lain:
Infeksi, seperti rubela
Penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes
Penyakit autoimun dan kelenjar tiroid
Kelainan rahim
Penyakit penular seksual, seperti klamidia, gonore, dan sifilis
Gangguan pembekuan darah
3. Gaya hidup
Gaya hidup tidak sehat juga bisa meningkatkan risiko keguguran. Contoh gaya hidup yang harus dihindari saat hamil adalah merokok dan minum minuman beralkohol.
4. Terpapar racun dari lingkungan
Banyak bahan kimia yang berbahaya bagi janin dan ibu hamil yang harus dihindari ibu hamil. Contohnya pelarut dalam penghapus cat atau thinner, merkuri, pestisida, atau obat nyamuk.
5. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter jika ada obat yang harus Anda konsumsi. Obat-obatan yang berbahaya bisa menyebabkan cacat pada bayi hingga keguguran.
6. Keracunan makanan
Keracunan makanan erat hubungannya dengan infeksi. Biasanya keracunan makanan muncul akibat makan makanan yang mentah atau setengah matang, seperti steik, sate, atau sushi.
Baik bu
Baik ibu
Waalaikum salam baik ibu
Baik ibu
Assalamualaikum wr wb
Saya Efi Nur Hayati/1910106091 izin berdiskusi terkait point point yang ibu berikan.
diskusikan pelyanan KB Pada:
1. Kondisi Situasi Bencana
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya pada bencana yang berdampak kepada masyarakat dalam waktu relatif lama. Studi Hapsari dkk (2009) mengidentifkasi temuan menarik berkaitan dengan kebutuhan pelayanan keluarga berencana (KB) paskabencana gempa bumi di Bantul (Yogyakarta) pada tahun 2006. Satu tahun paskagempa, mereka yang menggunakan alat KB suntik dan implant cenderung menurun, sebaliknya mereka yang menggunakan pil KB dan metode pantang berkala cenderung meningkat. Studi ini juga menunjukkan bahwa prevalensi kehamilan tidak direncanakan lebih tinggi dijumpai pada mereka yang sulit mengakses pelayanan K.B dibandingkan mereka yang tidak mengalami kendala. Oleh karena itu, peran penting petugas kesehatan diperlukan, tidak hanya untuk memberikan pelayanan K.B pada situasi bencana, tetapi juga untuk mengedukasi pasangan untuk mencegah kejadian kehamilan yang tidak direncanakan.
Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan paskabencana disertai pengungsian. Upaya penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan memperhatikan hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana serta hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU No 24 tahun 2007, pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada kondisi bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya:
1 ). air bersih dan sanitasi,
2). pangan,
3). sandang,
4). pelayanan psikososial serta
5). penampungan dan tempat hunian
2. Kondisi New Normal
Berdasarkan hasil penelitian, peran bidan dalam memberikan pelayanan KIA dan KB di masa pandemic Covid-19 di lakukan dengan memberikan pelayanan sesuai dengan protokol kesehatan yang ditetapkan pada masa pandemic. Pengguanaan APD level 2 ketika melakukan pelayanan di fasilitas kesehatan dan melakukan skrining Covid-19 kepada pasien terlebih dahulu sebelum pasien mendapatkan pelayanan kebidanan, dilanjutkan untuk pembuatan jadwal periksa yang meliputi hari dan jam pasien harus datang sehingga meminimalisir terjadinya kerumunan di Puskesmas sehingga bisa menekan penularan Covid-19 . Penelitian ini sejalan dengan UU Kebidanan No.4 Th 2019 bahwa Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Selama pandemi COVID-19 dan menghadapi era New Normal, pelayanan kesehatan harus tetap berjalan secara optimal, aman bagi pasien dan bidan dengan berbagai penyesuaian berdasarkan panduan penanganan covid atau protokol kesehatan.
3. KB pada ODHA
Salah satu penyakit menular seksual AIDS masih menjadi perbincangan utama dalam permasalahan global. HIV-AIDS merupakan masalah kesehatan yang sangat erat kaitannya dengan berbagai isu sosial-budaya. Epidemi HIV dapat menimbulkan kematian disegala usia di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Upaya mencegah penularan HIV dari ibu ke bayinya atau yang dikenal dengan Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) merupakan strategi yang efektif dan mencakup spektrum yang luas, tidak hanya kepada ibu rumah tangga, namun juga kepada perempuan pekerja seks, perempuan pengguna narkoba suntik, buruh migran dan lain sebagainya dengan memperhatikan HAM dan layanan yang sensitif gender. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi mempunyai dua tujuan yaitu: (1) untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi, karena 90% penularan infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu dan hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses transfusi, (2) mengurangi dampak epidemik HIV terhadap ibu dan bayi (Modul Pelatihan PMTCT, 2008).
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu hamil, kelahiran dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, memiliki peran cukup strategis dalam upaya menekan laju pertumbuhan penyakit HIV- AIDS di antara kelompok masyarakat pengunjung Puskesmas dan Rumah Sakit terutama pada pelayanan KIA/KB. Para bidan di latih agar memiliki pengetahuan tentang pencegahan transmisi HIV-AIDS dari ibu ke bayi (Jamalludin, 2013)
Syarah, Vonny. Dkk. 2013. PERILAKU BIDAN KIA/KB DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION (PMTCT) DI RUMAH SAKIT HAJI KOTA MEDAN TAHUN 2013. USU.
Mu'minah ikhwan, dkk. 2021. PERAN AKTIF BIDAN DALAM PELAYANAN KIA DAN KB PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS KEMRANJEN II. Vol.5. September 2021. ISSN 2598-0068 .
https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/21/15
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Saya Fatiha Zalma I.R 1910106071,ijin bertanya.
Mengapa kasus baby boom di masa pandemi perlu diperhatikan? Apa yang menyebabkan kasus itu terjadi?
saya Mita ijin menjawab pertanyaan dari mba Fatiha ZAlma.
Baby boom adalah ledakan kelahiran bayi yang sangat melonjak. ini menjelaskan peningkatan jumlah kelahiran bayi dlaam waktu yang singkat. Potensi baby boom ini memang perlu diperhatikan di Indonesia dan diprediksi dapat terjadi setelah pandemi COVID-19. Hal ini dapat terjadi karena selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sebagian besar penduduk tinggal di rumah yang berpotensi mempengaruhi situasi kependudukan, khususnya tingkat fertilitas, melalui dua cara. Pertama, kemungkinan meningkatnya frekuensi hubungan seksual antara suami dan istri. Kedua, berkurangnya akses ke alat kontrasepsi karena orang tidak boleh keluar rumah.
Strategi pencegahan baby boom menurut Dr. Ukik Kusuma, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, dalam webinar “mewaspadai baby boom pasca pandemic COVID-19 di DIY” adalah selama masa pandemi Covid-19 pasangan usia subur dapat menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, seperti, pil, suntik, dan kondom supaya terlindungi dari kehamilan yang tidak diinginkan. Strategi selanjutnya dengan menggerakkan secara aktif komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perlunya mengakses pelayanan KB dengan menerapkan prosedur pencegahan Covid-19 dan memberdayakan peran Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB untuk berperan aktif dalam penggerakan pelayanan KB pada masa pandemi Covid-19.
referensi :
BKKBN. 2020. Antisipasi Baby Boom Pasca Pandemi COVID-19, BKKBN Jalankan Pelayanan KB dengan Tetap Menjaga Jarak dan Konseling melalui Media Online. Dipublikasi pada 2 Mei 2020. https://www.bkkbn.go.id/detailpost/antisipasi-baby-boom-pasca-pandemi-covid-19-bkkbn-jalankan-pelayanan-kb-dengan-tetap-menjaga-jarak-dan-konseling-melalui-media-online
Saya izin untuk menjawab mba,
Tentunya dengan jumlah penduduk semakin meningkat, dapat berdampak pada berbagai kebutuhan antara lain: lahan, air, udara bersih, lingkungan bersih, makanan, dan tempat pembuangan sampah. Oleh karena itu, pemerintah perlu berupaya untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk, yang salah satunya melalui program KB. Kasus ini terjadi karena Pertama, kemungkinan meningkatnya frekuensi hubungan seksual antara suami dan istri. Kedua, berkurangnya akses ke alat kontrasepsi karena orang tidak boleh keluar rumah. Sekian
selamat pagi saya Mita Pebrian ijin bertanya.
pelayanan KB yang diberikan dana situasi bencana salah satunya adalah kontrasepsi darurat berupa pil.
apakah penggunaan pil darurat saat pasangan ingin mempunyai anak langsung apakah mempengaruhi kesuburan ?
1. Pelayanan KB pada kondisi bencana
Dalam menghadapi wabah bencana non alam COVID-19 ini dilakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan menyalurkan Covid-19. Kondisi ini menyebabkan dampak terhadap playanan kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Pada kondisi pandemi ini diharapkan Pasangan Usia Subur (PUS) terutama PUS dengan 4 Terlalu (4T) diharapkan tidak hamil sehingga petugas kesehatan perlu memastikan mereka tetap menggunakan kontrasepsi. Untuk itu, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, pelayanan tetap dilakukan tetapi dengan menerapkan pencegahan pengendalian infeksi dan physical distancing.
Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19
1. Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat
menggunakan APD lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan
perjanjian terlebih dahulu dari klien :
sebuah. Akseptor yang memiliki keluhan
b. Bagi Akseptor AKDR/Implan yang sudah habis masa pakainya,
c. Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
2. Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai
program yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (AKDR Pasca Plasenta / MOW)
3. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kaderuntuk meminta pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
a.Bagi Akseptor AKDR/Implan yang sudah habis masa pakainya, tapi tidak bisa di kontrol ke petugas kesehatan
b. Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas Kesehatan sesuai jadwal
4. Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PLKB dan Kader untuk meminta pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan yaitu: Bagi akseptor Pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pemeriksaan terkait kesehatan reproduksi dan KB dapat dilaksanakan secara online atau konsultasi melalui telepon
2. Pelayanan KB dalam situasi new normal
Pencegahan terhadap Covid-19 juga sangat penting untuk melindungi masyarakat terhadap akses dan layanan KB. Dengan begitu pelayanan KB di masa New Normal harus segera digalakkan untuk mengantisipasi ledakan penduduk.
Pada masa New Normal bidan harus siap menyediakan masker, hand sanitizer, APD, sarung tangan dan memperhatikan protokol kesehatan.
bidan memiliki peran yang paling besar dan luar biasa untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan stunting.
bidan sebagai jembatan kesehatan ibu hamil, di masa New Normal ini harus membuat papan pengumuman tentang protokol kesehatan.di masa pandemi dan menuju New Normal PLKB tetap melakukan koordinasi dengan bidan. Covid-19 memang harus putus mata rantainya, namun pelayanan tidak boleh putus.
Baik buu