assalamualikum saya Fifi Febriyanti izin menjawab
syarat yang diperlukan terhadap utang yang dialihkan (al-muhalbih)
ialah :
a. Yang dialihkan itu adalah sesuatu yang sudah dalam bentuk utang piutang yang
sudah pasti. Jika yang dialihkan itu belum merupakan utang piutang yang pasti,
misalnya mengalihkan utang yang timbul akibat jual beli yang masih berada dalam
masa khiyar (tenggang waktu yang dimiliki pihak penjual dan pembeli untuk
mempertimbangkan apakah akad jual beli dilanjutkan atau dibatalkan), maka
hiwalah tidak sah.
b. Apabila pengalihan utang itu dalam bentuk ai-hiwalah al-muqayyadah, semua
ulama fiqh sepakat bahawa baik utang pihak pertama kepada pihak kedua, maupun
utang pihak ketiga kepada pihak pertama, mestilah sama jumlah dan kualitasnya.
Jika antara kedua utang itu terdapat perbedaan jumlah misalnya, utang dalam
bentuk barang, maka hiwalah tidak sah. Akan tetapi, jika pengalihan itu dalam
bentuk al-hiwalah al-muthlaqah sebagaimana yang dibenarkan mazhab Hanafi,
maka kedua utang itu tidak mesti sama, baik jumlah maupun kualitasnya.
c. Ulama mazhab syafi‟I menambahkan bahawa kedua utang itu mesti sama pula
waktu jatuh tempo pembayarannya. Jika terjadi perbedaan waktu jatuh tempo
pembayaran di antara kedua utang itu, maka hiwalah tidak sah.
sumber : https://media.neliti.com/media/publications/314702-hiwalah-sebagai-solusi-dalam-mengatasi-k-1a5c1d41.pdf