Prosedur persalinan yang aman
Dua pertiga transmisi vertikal infeksi HIV pada populasi
ibu tidak menyusui terjadi pada masa akhir kehamilan hingga
persalinan. Telaah sistematik terhadap 15 studi kohort
prospektif untuk mengetahui hubungan antara prosedur
bedah sesar dengan transmisi vertikal HIV dilakukan oleh the
International Perinatal HIV Group terhadap 8.533 pasangan ibu
dan anak. Studi tersebut membuktikan bahwa prosedur bedah
sesar elektif menurunkan risiko transmisi vertikal HIV sebesar
50% bila dibandingkan dengan metode persalinan lain [RO
0,43 (IK 95% 0,33–0,56)]
Efektivitas persalinan bedah sesar untuk mencegah
transmisi HIV mulai diteliti kembali setelah era penggunaan
ARV maternal profilaksis meluas. Boer, dkk. melakukan studi
kohort pada 143 ODHA hamil di Belanda yang sebagian besar
(62%) melakukan persalinan per vaginam. Studi tersebut
melaporkan tidak didapatkan transmisi vertikal pada semua
bayi [0% (IK 95% 0–2,1%). Studi kohort pada 8.977 ODHA
hamil dalam kurun waktu tahun 2000–2010 di Perancis
melaporkan tidak didapatkan perbedaan bermakna kejadian
transmisi vertikal HIV terhadap metode persalinan pada
kelahiran cukup bulan (≥37 minggu). Studi kohort yang
dilakukan pada 2.297 ODHA hamil dalam kurun waktu tahun
2002–2013 di Amerika Serikat dan Puerto Rico memberikan
hasil yang serupa. Studi ini menyimpulkan metode persalinan
tidak berpengaruh terhadap kejadian transmisi vertikal HIV
pada ODHA hamil yang dalam terapi ARV.
Berbagai negara maju merekomendasikan prosedur bedah
sesar elektif pada usia gestasi 38 minggu hanya bagi ibu
terinfeksi HIV dengan batasan viral load tertentu, yaitu >1000
kopi/mL di Amerika Serikat, Kanada, dan Spanyol, ≥400
kopi/mL di Perancis, dan >50 kopi/mL di Inggris dan Swedia.
Pada negara berkembang yang tidak dapat memastikan
ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk melakukan
prosedur bedah sesar pada ODHA hamil, rekomendasi
prosedur persalinan terpilih disesuaikan dengan menimbang
manfaat dan risiko. Rekomendasi persalinan pada negara
berkembang lebih menekankan kepada pentingnya
pencegahan infeksi melalui kewaspadaan standar,
menghindari pemecahan selaput ketuban, dan tindakan invasif
seperti episiotomi untuk menurunkan kemungkinan transmisi
vertikal HIV.