Assalammualaikum izin menjawab:
1. Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau S.
Definisi lain menyatakan bahwa skoliosis
adalah sebuah tipe deviasi postural dari
tulang belakang dengan penyebab apapun,
yang dicirikan oleh adanya kurva lateral
pada bidang frontal yang dapat
berhubungan atau tidak berhubungan
dengan rotasi korpus vertebra pada bidang
aksial dan sagital.
2. Secara umum klasifikasi terbagi menjadi dua, yaitu:
Skoliosis fungsional dan struktural.
Skoliosis fungsional
disebabkan kerena posisi yang salah atau
tarikan otot paraspinal unilateral, yang
dapat disebabkan karena nyeri punggung
dan spasme otot. Perbedaan panjang
tungkai, herniasi diskus, spondilolistesis,
atau penyakit pada sendi panggul juga
dapat menyebabkan terjadinya skoliosis. Pada skoliosis fungsional,
tidak terjadi rotasi vertebra yang bermakna,
dan biasanya reversibel. Terapi terhadap
penyebab skoliosis dapat memperbaiki
kurvatura yang terjadi.
Skoliosis struktural biasanya tidak
reversibel dan bisa berupa skoliosis idio-
patik, kongenital, atau yang didapat
(skoliosis neuromuskular).
Selain itu ada pula jenis:
• Skoliosis idiopatik
Pada dasarnya dapat terjadi di usia pertumbuhan berapa saja, namun 85%-nya terjadi pada usia remaja atau disebut juga Adolescent idiopathic scoliosis (AIS) yang terjadi pada usia di atas 10 tahun atau saat pubertas. Tapi kali ini kita akan membahas tipe yang lebih jarang terjadi yaitu pada usia kanak-kanak.
Biarpun lebih jarang, tipe kanak-kanak biasanya lebih agresif dan sering disertai kelainan penyerta sehingga sebenarnya dapat dideteksi secara dini. Skoliosis idiopatik anak sendiri dibedakan lagi menjadi 2 yaitu:
– Infantile idiopathic scoliosis (IIS) yang terjadi pada anak di bawah 3 tahun.
– Juvenile idiopathic scoliosis (JIS) yang terjadi pada anak usia 4-10 tahun.
Skoliosis idiopatik infantil sering disertai kelainan pernafasan, karena skoliosis ini terjadi pada usia sangat muda sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan alveolus dan perkembangan normal rongga dada. Pada beberapa kasus dapat juga dapat disertai dengan kondisi lain seperti kelainan kongenital, sindrom insufisiensi paru, gangguan neurologis, dsb.
skoliosis juvenile lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan lebih banyak terjadi di bagian thoracic kanan.
Pasien yang mengalami skoliosis idiopatik juvenil juga sering mengalami kondisi penyerta lainnya seperti abnormalitas axis neural seperti syringomelia yang ditandai dengan adanya kista atau tumor pada spinal cord / jaringan syaraf tulang belakang.
• Skoliosis degeneratif
Proses penuaan dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan bantalan antar tulang pada tulang belakang. Kerusakan yang tidak serupa pada semua ruas tulang belakang dapat menyebabkannya menjadi melengkung ke samping.
3. Penyebab dan patogenesis skoliosis
belum dapat ditentukan dengan pasti.
Kemungkinan penyebab pertama ialah
genetik. Banyak studi klinis yang mendu-
kung pola pewarisan dominan autosomal,
multifaktorial, atau X-linked. Penyebab
kedua ialah postur, yang mempengaruhi
terjadinya skoliosis postural kongenital.
Penyebab ketiga ialah abnormalitas
anatomi vertebra dimana lempeng epifisis
pada sisi kurvatura yang cekung menerima tekanan tinggi yang abnormal sehingga
mengurangi pertumbuhan, sementara pada
sisi yang cembung menerima tekanan lebih
sedikit, yang dapat menyebabkan
pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu,
arah rotasi vertebra selalu menuju ke sisi
cembung kurvatura, sehingga menyebab-
kan kolumna anterior vertebra secara relatif
menjadi terlalu panjang jika dibandingkan
dengan elemen-elemen posterior. Penye-
bab keempat ialah ketidakseimbangan dari
kekuatan dan massa kelompok otot di
punggung. Abnormalitas yang ditemukan
ialah peningkatan serat otot tipe I pada sisi
cembung dan penurunan jumlah serat otot
tipe II pada sisi cekung kurvatura. Selain itu, dari pemeriksaan EMG
didapatkan peningkatan aktivitas pada otot
sisi cembung kurvatura.
Menurut sumber lain disebutkan bahwa ada beberapa teori etiologi skolisis idiopatik:
- Faktor genetik
Beberapa penelitian menyatakan bahwa
deformitas ini diturunkan secara autosomal dominan dan X-linked, sementara
lainnya menyatakan bahwa penyakit ini dapat diturunkan secara multifaktorial
atau poligenik, yang menjelaskan kenapa penyakit ini dapat tersebar luas di dalam
sebuah keluarga. Miller dkk melaksanakan analisis keturunan dan uji saring
genetik pada keluarga dengan skoliosis idiopatik pada tahun 2005. Dari analisis
yang telah dilaksanakan, ditemukan keterlibatan kromosom 6,9, 16, dan 17 pada
skoliosis idiopati
- Peran melatonin
Berdasarkan penelitian yang melakukan pinealektomi pada ayam, jumlah
melatonin yang menurun akhirnya menyebabkan skoliosis, dan akhirnya dapat
disembuhkan kembali dengan administrasi melatonin yang cukup. Pada penderita
skoliosis idiopatik yang menjadi subjek penelitian, tidak pernah ditemukan jumlah
absennya melatonin, melainkan adanya penurunan jumlah melatonin sebesar 35% dari jumlah normal 15-16.
- Abnormalitas jaringan ikat
Struktur yang paling penting untuk menunjang struktur tulang belakang
adalah serabut kolagen dan elastik, yang merupakan subjek dari berbagai
penelitian mengenai peranan jaringan ikat terhadap patofisiologi skoliosis
idiopatik. Pedrini dkk menyatakan mengenai adanya abnormalitas proporsi
glycosaminoglycan dan collagen dari nucleus pulposus discus intervetebralis pada
pasien yang menderita skoliosis idiopatik. Namun, diduga kelainan yang ada
merupakan sekunder dari tekanan biomekanik yang diterima di discus, bukan
primer dari deformitas.
- Abnormalitas otot skelet
Ada juga pendapat mengenai abnormalitas otot paraspinal yang dapat
menyebabkan skoliosis idiopatik. Ada 2 jenis serabut otot paraspinal pada pasien
skoliosis idiopatik adolesen: tipe 1 (slow twitch) dan tipe II (fast twitch) yang pada
penderita skoliosis idiopatik ditemukan serabut otot tipe II yang berkurang.
Meskipun mekanik dari tulang belakang sendiri tidak bisa dijadikan faktor
etiologi, namun dapat mempengaruhi progesivitas dari skoliosis.
- Abnormalitas Platelet
Pada pasien skoliosis idiopatik adolesen, terdapat abnormalitas dari struktur
dan fungsi platelet. Calmodulin mengatur kontraktilitas otot dan platelet melalui interaksi dengan aktin dan miosin. Meningkatnya kadar calmodulin di dalam
platelet berhubungan dengan perkembangannya skoliosis idiopatik adolesen.
- Mekanisme Neurologis
Bukti – bukti mengenai peranan neurologis dalam skoliosis idiopatik masih
terus dikumpulkan. Skoliosis struktural pada percobaan terhadap anjing dengan
syringomyelia telah ditemukan, dan mengimplikasikan bahwa disfungsi sistem
saraf sentral dapat menimbulkan skoliosis.
- Peran pertumbuhan dan perkembangan
Telah diterima secara luas bahwa gangguan perkembangan tulang belakang
dapat menimbulkan skoliosis dan menyebabkan perkembangan dari skoliosis.
Bidang sagittal dari skoliosis idiopatik adolesen telah diketahui untuk memiliki
hubungan dengan hipokifosis, dan adanya ketidakseimbangan antara
perkembangan struktur anterior dan posterior berpengaruh terhadap
berkembangnya skoliosis idiopatik. Inhibisi pertumbuhan pada bagian posterior
dapat ditambatkan oleh otot, ligamen, dan medulla spinalis. Dengan adanya
inhibisi pertumbuhan pada bagian posterior, daerah anterior berkembang lebih
cepat dan saat membungkuk corpus vertebra pada daerah apeks cenderung untuk
berotasi ke samping.
- Faktor biomekanik
Faktor biomekanik telah diketahui untuk memiliki peran besar dalam
mempengaruhi progresivitas dari skoliosis. Menurut Hueter – Volkmann
principle, beban yang asimetris distribusinya dapat menimbulkan pertumbuhan
tulang belakang yang asimetris pula.
4 & 5. Peran ft untuk mengatasi problematika nyeri, penurunan LGS, kelemahan otot, perunahan postur, adanya keterbatasan gerak.
Intevensi yang dapat dilakukan adalah elektroterapi berupa penggunaan IR untuk mempelancar aliran darah, mengurangi rasa nyeri, memberikan efek relaks pada otot, dan menghilangkan sisa metabolisme.
Selanjutnya dapat diberikan terapi latihan, dengan menggunakan metode Mc. Kenzie, core stability dan manual traksi.
dengan alasan karena letak gangguan mekanik dari nyeri pinggang terutama terletak didaerah lumbosacral, maka latihan yang ditujukan terutama pada daerah
tersebut. Pada dasarnya tujuan latihan adalah untuk penguatan dan peregangan
otot – otot fleksor dan ekstensor sendi lumbosacralis dan otot – otot sendi paha.
Terakhir edukasi, ini merupakan hal penting yang harus diajarkan kepada pasien untuk
menghindari terjadinya trauma berulang, mengurangi keluhan nyeri yang
dirasakan dan untuk mengajarkan kepada pasien pola-pola aktivitas yang baik dan
benar. Edukasi yang diberikan antara lain :
- Menganjurkan pasien agar mengulangi latihan di rumah seperti yang
sudah terapis ajarkan minimal 2 kali sehari.
- Pasien dianjurkan untuk mengompres punggung bawah dengan handuk yang
direndam air hangat atau dengan menempelkan botol yang berisi air hangat pada
punggung bawah.