Izin menjawab bu
Ankle sprain merupakan salah satu cedera yang paling umum dalam olahraga kompetitif maupun olahraga rekreasi. Persentase lateral ankle sprain sebesar 10-30% dari semua cedera atletik (Fong et. al, 2007). Ankle sprain mengalami gejala residu seperti ligament laxity, gangguan proprioseptif, penurunan Range Of Motion (ROM), pembengkakan berulang, nyeri selama aktivitas, dan ketidakstabilan pergelangan kaki (Waterman et al, 2010). Cedera berulang pada ankle sprain sebanyak 4 kali lebih berpotensi mengalami Chronic Ankle Instability (CAI) (Gribble, 2016).
Dorsiflexion range of motion (DFROM) sering mengalami gangguan setelah sprain ankle. Terbatasnya DFROM dapat menyebabkan cedera berulang dan itu telah dimasukkan sebagai faktor risiko (Hoch, et al 2012). DFROM dikaitkan dengan perubahan pada normal arthrokinematik talocrural joint, posterior talar glide menjadi terbatas atau perubahan pada posisi talus. Intervensi manual terapi bertujuan untuk memperluas kapsul sendi dengan meregangkannya melalui gerakan aksesoru untuk memulihkan DFROM dengan meningkatkan ekstensibilitas jaringan non-kontraktil.
Mobilisasi dengan gerakan (MWM) dijelaskan oleh Mulligan dan dianggap efektif dalam mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi, memperbaiki kontrol postural, dan meningkatkan DFROM ankle pada kasus CAI (Diaz et al, 2014). Teknik ini menggabungkan aplikasi berkelanjutan teknik manual gliding untuk memaksa sendi bergerak dengan bersamaan fisiologis gerak sendi (osteokinematik). Teknik mobilisasi sendi efektif dalam meningkatkan DFROM yang dianggap sebagai faktor predisposisi untuk cedera berulang yang diakibatkan gangguan pada posterior talar glide. Gerakan yang dihasilkan dari teknik MWM menyebabkan pengurangan nyeri melalui aktivasi mekanoreseptor yang menghambat rangsangan nosiseptif melalui mekanisme gate control atau melalui fasilitasi nutrisi cairan synovial, selain itu teknik MWM dapat meningkatkan fungsi sendi karena teknik MWM dapat meningkatkan output sensorik dari reseptor mekanik dalam kapsul ligament pada sendi karena aktivasi neuron motoric gamma yang akan memperbaiki nosiseptif yang mengalami gangguan dan meningkatkan kontrol postural (Hoch et al, 2010).
Metode :Latihan diberikan 3x seminggu selama 6 minggu.
Sumber : Hamzah A. et.al.2020.KOMBINASI PLYOMETRIC TRAINING DENGAN MOBILIZATION WITH MOVEMENT LEBIH BAIK DIBANDING KOMBINASI PLYOMETRIC TRAINING DENGAN STRAIN COUNTER STRAIN DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA KASUS CHRONIC ANKLE INSTABILITY DI KLINIK BARITO FARMA. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan dan Teknologi.Vol.2.No.2.