Setelah mengikuti pembahasan tentang visi 'Aisyiyah saya sepakat dengan visi perempuan berkemajuan. Aisyiyah berdiri di zaman masa penjajahan dan waktu itu perempuan selalu ditempatkan di sisi yang tidak pas, dalam kondisi ketertinggalan dan kebodohan. Keadaan yang kurang menguntungkan itu masih ditambah oleh paham budaya yang menempatkan perempuan tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Sehingga pandangan keislamanpun pada saat itu masih menempatkan perempuan pada posisi kedua. Padahal para tokoh di awal Muhammadiyah berdiri memiliki padangan keislaman yang berkemajuan. Dimana Muhammadiyah meyakini jika nilai-nilai ajaran Islam itu menempatkan posisi perempuan sama mulianya dengan posisi laki-laki. Dan, yang membedakan antara perempuan dan laki-laki adalah ketaqwaannya.
Aktualisasi perempuan berkemajuan dalam kehidupan sehari hari yaitu dimana peran perempuan tidak lagi sekedar melakukan pekerjaan domestik (Sumur, kasur, dapur) tetapi perempuan dapat bekerja tanpa diskriminasi, begitu pula ruang gerak atau pendapatnya tidak dibatasi.