Silahkan pelajari materi ini
Baik bu
Baik bu
Njih ibu,baik...
Baik bu, terima kasih
baik ibu
nggih bu terimakasih,
Nggih Bu , saya baca dulu
Re: Diskusi Anvullen
baik bu
Baik bu
Baik Bu
Baik bu 🙏
ijin bertanya Bu ,
faktor resiko apa yang bisa menyebabkan terjadinya serangan jantung koroner ?
menurut jurnal dari Zahrawardani dkk faktornya Usia, kolesterol total,kadar trigliserida, hipertensi, dan diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner adalah kolesterol total.
Sumber Jurnal:
Zahrawardani, D. Herlambang, K.S., Anggraheny, H.D. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2
Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa hasil metabolisme tubuh.
Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat cukup asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis.
Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:
Rokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.
Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok.
Diabetes
Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang penyakit jantung koroner.
Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
Kadar kolesterol tinggi
Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.
Berat badan berlebih
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang penyakit jantung koroner.
Kurang beraktivitas
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah, mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.
Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Riwayat kesehatan keluarga
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit jantung.
Jenis kelamin
Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat pada wanita pasca menopause.
Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun.
Sindrom metabolik
Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Sleep apnea
Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.
Referensi:
Cagle, SD. Cooperstein, N. (2018). Coronary Artery Disease: Diagnosis and Management. Prim Care, 45(1), pp. 45-61
Ambrose, JA. Singh, M. (2015). Pathophysiology of Coronary Artery
Disease Leading to Acute Coronary Syndromes. F1000Prime Rep, 7(8), doi:
0.12703/P7-08
NIH. National Heart, Lung, and Blood Institute. Coronary Heart
Disease Health American Heart Association (2015). Coronary Artery
Disease – Coronary Heart Disease.
Health Service Executive. Conditions and Treatments. Coronary Heart Disease.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Pusdatin. Situasi Kesehatan Jantung.
Kementerian Kesehatan RI (2017). Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Hindari Makanan Tinggi Kolesterol
Ini.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Angina.
NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Coronary Heart Disease.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. High Blood Pressure (Hypertension).
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. High Cholesterol.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Obesity.
NIH (2018). MedlinePlus. Coronary Artery Disease.
World Health Organization (2017). Cardiovascular Diseases (CVDs)
Hopkins Medicine. Health Library. Anatomy and Function of the Coronary Arteries.
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Coronary Artery Disease.
Mayo Clinic (2018). Tests and Procedures. Cholesterol Test.
Drugs.com (2017). Nitroglycerin (oral/sublingual).
Emedicinehealth (2016). Ranolazine (Ranexa).
Lab Test Online (2018). Tests. LDL Cholesterol.
Sampson, S. Healthline (2018). What is Coronary Artery Disease?
Tidy, C. Patient (2017). Cardiac Enzymes.
diunduh dari https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/penyebab tgl 16 Mei 2020, jam 13:30 wib
apakah semu hadir?
Hadir semua ibu...
Nggih bu ,hadir
terima kasih penjelasannya pak Ho dan mbak Firma
berikut salah satu referensi dari faktor risiko ACS, mungkin kalo anda search juranl lain bisa jadi ada perbedaan. namun ini bisa menjadi gambaran.
Risk Factors Associated with Acute Coronary Syndrome in Northern Saudi Arabia
Shrafeldin M Alhassan,1 Hussain Gadelkarim Ahmed,1 Bassam Ahmed Almutlaq,1 Abdullah Abdulmohsen Alanqari,1 Rawaby Khalid Alshammari,1 Khalid Turki Alshammari,1 Huwayt Abdualmohseen Alshammari,1 Joharah lssa Almubrad,2 Husain Alturkistani,3 Majed Zannon Turkustani,4 Abdulmalik Hassan Alsabban4
1College of Medicine, University of Hail, Kingdom of Saudi Arabia
2College of Medicine, King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia
3Department of Radiology and Medical Imaging, College of Medicine, King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia
4Baterjy Medical College, Kingdom of Saudi Arabia
Correspondence: Hussain Gadelkarim Ahmed, College of Medicine, University of Hail, Kingdom of Saudi Arabia
Received: February 06, 2017 | Published: February 27, 2017
Citation: Alhassan SM, Ahmed HG, Almutlaq BA, Alanqari AA, Alshammari RK, et al. (2017) Risk Factors Associated with Acute Coronary Syndrome in Northern Saudi Arabia. In Search of a Perfect Outfit. J Cardiol Curr Res 8(3): 00281. DOI: 10.15406/jccr.2017.08.00281
Abstract
Objective: The aim of this study was to find out the common risk factors associated with Acute Coronary Syndrome (ACS) in Northern Kingdom of Saudi Arabia (KSA).
Methodology: One hundred and fifty six patients with ACS were investigated in intensive care unit (ICU), at cardiac center in King Khalid Hospital, in northern KSA, city of Hail.
Results: Risk factors for ACS including; Hypertension, Ischemic Heart Disease (IHD), Smoking, Diabetes Miletus (DM), and Dyslipidemia were found in 68.6%, 34.6%, 20.5%, 59% and 83.3% of the patients, respectively.
Conclusion: The most common risk factors for ACS in northern KSA (Hail region) were dyslipidemia and hypertension. These favored the urgent need for intervention and control, which lower the burden of ACS.
Ibu menanyakan untuk pasien yang terjadi sumbatan lebih dari 3 vd,dan tidak bisa di PCI,,penanganan pasien setelah stabil bagaimana ,untuk perawatan dirumah,trimakasih
Re: Diskusi Anvullen
Njih baik Bu..
Re: Diskusi Anvullen
selamat siang bu, ingin menanyakan untuk penatalaksanaan AMI bila onset kurang dari 6 jam maka menggunakan trombolitik, bila sesuai dengan kriteria2 lain yang sudah disebutkan di slide, tetapi di slide lain, PCI akan lebih efektif dari terapi trombolitik (PCI bisa dilakukan bila onset kurang dari 12 jam). lalu bila dihadapkan dengan pasien yang kriteria AMI nya masuk untuk pemberian terapi trombolitik, manakah yang akan lebih condong dipilih? trombolitik atau PCI, mengingat setau saya bila diberikan trombolitik dan sukses maka sumbatan akan hilang, ketergantungan obat pun bisa diminimalkan hanya minimal obat (obat anti trombus seperti CPG,aspilet, bila sudah mendapat streptokinase/streptase dan sumbatan hilang kadang hanya salah satu dari obat tersebut yang diberikan), namun memang bila tidak berhasil akan sangat mengancam nyawa (perdarahan di tempat yang tidak diketahui) sedangkan bila dilakukan PCI maka obat yang dikonsumsi pasien setelah tindakan biasanya banyak (nati trombus bisa lebih dari satu misal CPG dan aspilet). mohon penjelasannya. terima kasih
Assalamualakum bu, di slide disebutkan ada jenis-jenis PCI yaitu
mohon penjelasannya bu. terimakasih
primary PCI dilakukan pada pasien dalam onset maksimal 12 jam dari nyeri muncul, dan sebelumnya pasien belum mendapat terapi trombolisis.
infark miokard akut dan sindroma koroner akut adalah istilah yang berbeda utk kondisi yang sama sindroma koroner akut adalah istilah saat ini yang digunakan, dimana ada 3 klasifikasi yaitu, STEMI, Non STEMI dan Unstable Angina Pectoris
baik bu terimakasih penjelasanya
Waallaikum salam ,baik bu
Ibu ijin bertanya di slide disebutkan tindakan PCI lebih efektif daripada trombolisis pada kondisi pasien seperti apa mohon penjelasan... terimakasih
baik bu
PCI lebih efektif pada kondisi pasien tersebut memenuhi kriteri(indikasi) dilakukannya PCI dan pada onset kurang dari 12 jam Apa itu PCI? PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau yang dikenal juga
dengan coronary angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka
penyempitan (stenotic) pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit
jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Akibat dari penumpukan kolesterol ini,
aliran darah menjadi tidak lancar dan fungsi jantung menjadi terganggu
sehingga berpotensi menyebabkan serangan jantung. PCI dilakukan dengan
memasukkan catheter yang telah dilengkapi dengan balloon khusus dan
stent yang akan diarahkan ke titik terjadinya penyumbatan di dalam
pembuluh darah arteri untuk membuka penyumbatan tersebut dan
mengembalikan aliran pembuluh darah arteri ke jantung. Tindakan PCI ini
biasanya dilakukan oleh interventional cardiologist. Dengan dilakukannya
primary PCI, gejala dari penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada
(angina), sesak nafas (dyspnea), dan congestive heart failure dapat
dikurangi dan bahkan dihilangkan. Prosedur Istilah balloon angioplasty yang umumnya digunakan untuk
mendeskripsikan PCI merupakan metode pemompaan balloon di dalam pembuluh
darah arteri untuk menghancurkan plak kolesterol pada dinding pembuluh
darah dan atau dapat juga disertai dengan tindakan lain yaitu pemasangan
stent sesuai dengan indikasi sumbatan yang didapatkan. Dibandingkan dengan metode konservatif yaitu dengan fibrinolytic
therapy (thrombolytic therapy), primary PCI lebih efektif dalam
penanganan myocardial infarction dengan ST-segment elevation.
Fibrinolytic therapy memiliki beberapa keterbatasan, yaitu pertama,
beberapa pasien myocardial infarction memiliki kontraindikasi dengan
fibrinolisis. Kedua, adakalanya thrombolysis tidak muncul pada pasien
yang diberi terapi ini, dan ketiga adalah kemungkinan munculnya serangan
jantung kembali walaupun setelah melakukan terapi ini.
Keterbatasan-keterbatasan ini dapat diminimalisasi dengan primary PCI.
Berdasarkan hasil CADILLAC trials, diketahui bahwa sebanyak 40.8% pasien
dengan fibrinolytic therapy memiliki resiko mengalami restenosis,
sedangkan dengan tindakan primary PCI resikonya turun menjadi 22.2%. Resiko Tindakan angioplasty juga bukan tanpa resiko. Pasien umumnya dalam
keadaan sadar saat tindakan dilakukan dan rasa tidak nyaman pada dada
mungkin dirasakan selama tindakan berlangsung. Pendarahan pada titik
insersi umum terjadi dan kadang juga timbul memar atau hematoma. Reaksi
alergi terhadap contrast dye yang dipakai juga mungkin terjadi. Tetapi,
yang patut diwaspadai adalah resiko komplikasi serius yang mungkin
terjadi seperti stroke, ventricular fibrillation (VF) atau ventricular
tachycardia (VT), serangan jantung, dan aortic dissection. Resiko
komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada: Source: 1. Ellen C. Keeley, M.D., L. David Hillis, M.D. 2007. Primary PCI
for Myocardial Infarction with ST-Segment Elevation. N Engl J Med (356)
47-54. 2. http://en.wikipedia.org/wiki/Percutaneous_coronary_intervention
Berita Lainya
Diare Akut Pada Anak
BACA LEBIH LANJUT
Waspadai Vertigo
BACA LEBIH LANJUT
Kenali Gejala Serangan Jantung
BACA LEBIH LANJUT
Eka Hospital
Patient Services
Assalamualaikum Bu, ingin bertanya nggih. Apakah ada hubungan antara sindrom koroner akut dan infark miokard akut berdasarkan fisiologisnya?