Diskusi forum Anvulen 201920

Diskusi Anvullen

Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -
Number of replies: 36

Silahkan pelajari materi ini

AMI

In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201227 RISTI ROSANTI A.MDKEP -
In reply to 1910201227 RISTI ROSANTI A.MDKEP

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201216 AGUS RISMANTA -

ijin bertanya Bu ,

faktor resiko apa yang bisa menyebabkan terjadinya serangan jantung koroner ?

In reply to 1910201216 AGUS RISMANTA

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201219 Nur Firma Yunita -

menurut jurnal dari Zahrawardani dkk faktornya Usia, kolesterol total,kadar trigliserida, hipertensi, dan diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner adalah kolesterol total.


Sumber Jurnal: 

Zahrawardani, D. Herlambang, K.S., Anggraheny, H.D. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2

In reply to 1910201216 AGUS RISMANTA

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201226 HOSANA YUKU PASIDA -

Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah jantung atau arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh penumpukan ateroma di dinding arteri. Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa hasil metabolisme tubuh.

Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan dinding arteri menebal hingga menyempit. Akibatnya, jantung tidak mendapat cukup asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut aterosklerosis.

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:

Rokok

Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.

Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok.

 

Diabetes

Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang penyakit jantung koroner.

 

Trombosis

Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

 

Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

 

Kadar kolesterol tinggi

Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

 

Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.

 

Berat badan berlebih

Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang penyakit jantung koroner.

 

Kurang beraktivitas

Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah, mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.

 

Pola makan tidak sehat

Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Riwayat kesehatan keluarga

Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit jantung.

Jenis kelamin

Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat pada wanita pasca menopause.

 

Usia

Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun.

 

Sindrom metabolik

Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.

 

Sleep apnea

Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.

Referensi:

Cagle, SD. Cooperstein, N. (2018). Coronary Artery Disease: Diagnosis and Management. Prim Care, 45(1), pp. 45-61
Ambrose, JA. Singh, M. (2015). Pathophysiology of Coronary Artery Disease Leading to Acute Coronary Syndromes. F1000Prime Rep, 7(8), doi: 0.12703/P7-08
NIH. National Heart, Lung, and Blood Institute. Coronary Heart Disease Health American Heart Association (2015). Coronary Artery Disease – Coronary Heart Disease.
Health Service Executive. Conditions and Treatments. Coronary Heart Disease.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Pusdatin. Situasi Kesehatan Jantung.
Kementerian Kesehatan RI (2017). Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Hindari Makanan Tinggi Kolesterol Ini.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Angina.
NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Coronary Heart Disease.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. High Blood Pressure (Hypertension).
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. High Cholesterol.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Obesity.
NIH (2018). MedlinePlus. Coronary Artery Disease.
World Health Organization (2017). Cardiovascular Diseases (CVDs)
Hopkins Medicine. Health Library. Anatomy and Function of the Coronary Arteries.
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Coronary Artery Disease.
Mayo Clinic (2018). Tests and Procedures. Cholesterol Test.
Drugs.com (2017). Nitroglycerin (oral/sublingual).
Emedicinehealth (2016). Ranolazine (Ranexa).
Lab Test Online (2018). Tests. LDL Cholesterol.
Sampson, S. Healthline (2018). What is Coronary Artery Disease?
Tidy, C. Patient (2017). Cardiac Enzymes.

diunduh dari https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/penyebab tgl 16 Mei 2020, jam 13:30 wib


In reply to 1910201226 HOSANA YUKU PASIDA

Re: Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -
In reply to 1910201226 HOSANA YUKU PASIDA

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201216 AGUS RISMANTA -

terima kasih penjelasannya pak Ho dan mbak Firma

In reply to 1910201216 AGUS RISMANTA

Re: Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -

berikut salah satu referensi dari faktor risiko ACS, mungkin kalo anda search juranl lain bisa jadi ada perbedaan. namun ini bisa menjadi gambaran.

Risk Factors Associated with Acute Coronary Syndrome in Northern Saudi Arabia

Shrafeldin M Alhassan,1 Hussain Gadelkarim Ahmed,1 Bassam Ahmed Almutlaq,1 Abdullah Abdulmohsen Alanqari,1 Rawaby Khalid Alshammari,1 Khalid Turki Alshammari,1 Huwayt Abdualmohseen Alshammari,1 Joharah lssa Almubrad,2 Husain Alturkistani,3 Majed Zannon Turkustani,4 Abdulmalik Hassan Alsabban4

1College of Medicine, University of Hail, Kingdom of Saudi Arabia
2College of Medicine, King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia
3Department of Radiology and Medical Imaging, College of Medicine, King Saud University, Kingdom of Saudi Arabia
4Baterjy Medical College, Kingdom of Saudi Arabia

Correspondence: Hussain Gadelkarim Ahmed, College of Medicine, University of Hail, Kingdom of Saudi Arabia

Received: February 06, 2017 | Published: February 27, 2017

Citation: Alhassan SM, Ahmed HG, Almutlaq BA, Alanqari AA, Alshammari RK, et al. (2017) Risk Factors Associated with Acute Coronary Syndrome in Northern Saudi Arabia. In Search of a Perfect Outfit. J Cardiol Curr Res 8(3): 00281. DOI: 10.15406/jccr.2017.08.00281

 

Abstract

Objective: The aim of this study was to find out the common risk factors associated with Acute Coronary Syndrome (ACS) in Northern Kingdom of Saudi Arabia (KSA).

Methodology: One hundred and fifty six patients with ACS were investigated in intensive care unit (ICU), at cardiac center in King Khalid Hospital, in northern KSA, city of Hail. 

Results: Risk factors for ACS including; Hypertension, Ischemic Heart Disease (IHD), Smoking, Diabetes Miletus (DM), and Dyslipidemia were found in 68.6%, 34.6%, 20.5%, 59% and 83.3% of the patients, respectively.

Conclusion: The most common risk factors for ACS in northern KSA (Hail region) were dyslipidemia and hypertension. These favored the urgent need for intervention and control, which lower the burden of ACS.


In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201224 LESTARI ASTUTI -

Ibu menanyakan untuk pasien yang terjadi sumbatan lebih dari 3 vd,dan tidak bisa di PCI,,penanganan pasien setelah stabil bagaimana ,untuk perawatan dirumah,trimakasih

In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201222 ANITA DWIKURNIA SULISTYOWATI -

selamat siang bu, ingin menanyakan untuk penatalaksanaan AMI bila onset kurang dari 6 jam maka menggunakan trombolitik, bila sesuai dengan kriteria2 lain yang sudah disebutkan di slide, tetapi di slide lain, PCI akan lebih efektif dari terapi trombolitik (PCI bisa dilakukan bila onset kurang dari 12 jam). lalu bila dihadapkan dengan pasien yang kriteria AMI nya masuk untuk pemberian terapi trombolitik, manakah yang akan lebih condong dipilih? trombolitik atau PCI, mengingat setau saya bila diberikan trombolitik dan sukses maka sumbatan akan hilang, ketergantungan obat pun bisa diminimalkan hanya minimal obat (obat anti trombus seperti CPG,aspilet, bila sudah mendapat streptokinase/streptase dan sumbatan hilang kadang hanya salah satu dari obat tersebut yang diberikan), namun memang bila tidak berhasil akan sangat mengancam nyawa (perdarahan di tempat yang tidak diketahui) sedangkan bila dilakukan PCI maka obat yang dikonsumsi pasien setelah tindakan biasanya banyak (nati trombus bisa lebih dari satu misal CPG dan aspilet). mohon penjelasannya. terima kasih

In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201219 Nur Firma Yunita -

Assalamualakum bu, di slide disebutkan ada jenis-jenis PCI yaitu 

1.Primer PCI
2.Fasiltated PCI
 

mohon penjelasannya bu. terimakasih

In reply to 1910201219 Nur Firma Yunita

Re: Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -

primary PCI dilakukan pada pasien dalam onset maksimal 12 jam dari nyeri muncul, dan sebelumnya pasien belum mendapat terapi trombolisis.


In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -

infark miokard akut dan sindroma koroner akut adalah istilah yang berbeda utk kondisi yang sama sindroma koroner akut adalah istilah saat ini yang digunakan, dimana ada 3 klasifikasi yaitu, STEMI, Non STEMI dan Unstable Angina Pectoris

In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201211 KASRIANI -
In reply to 1910201211 KASRIANI

Re: Diskusi Anvullen

by Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep. -

PCI  lebih efektif pada kondisi pasien tersebut memenuhi kriteri(indikasi) dilakukannya PCI dan pada onset kurang dari 12 jam

Apa itu PCI?

PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau yang dikenal juga dengan coronary angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka penyempitan (stenotic) pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibat dari penumpukan kolesterol ini, aliran darah menjadi tidak lancar dan fungsi jantung menjadi terganggu sehingga berpotensi menyebabkan serangan jantung. PCI dilakukan dengan memasukkan catheter yang telah dilengkapi dengan balloon khusus dan stent yang akan diarahkan ke titik terjadinya penyumbatan di dalam pembuluh darah arteri untuk membuka penyumbatan tersebut dan mengembalikan aliran pembuluh darah arteri ke jantung. Tindakan PCI ini biasanya dilakukan oleh interventional cardiologist. Dengan dilakukannya primary PCI, gejala dari penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada (angina), sesak nafas (dyspnea), dan congestive heart failure dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan.

Prosedur

Istilah balloon angioplasty yang umumnya digunakan untuk mendeskripsikan PCI merupakan metode pemompaan balloon di dalam pembuluh darah arteri untuk menghancurkan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah dan atau dapat juga disertai dengan tindakan lain yaitu pemasangan stent sesuai dengan indikasi sumbatan yang didapatkan.

Dibandingkan dengan metode konservatif yaitu dengan fibrinolytic therapy (thrombolytic therapy), primary PCI lebih efektif dalam penanganan myocardial infarction dengan ST-segment elevation. Fibrinolytic therapy memiliki beberapa keterbatasan, yaitu pertama, beberapa pasien myocardial infarction memiliki kontraindikasi dengan fibrinolisis. Kedua, adakalanya thrombolysis tidak muncul pada pasien yang diberi terapi ini, dan ketiga adalah kemungkinan munculnya serangan jantung kembali walaupun setelah melakukan terapi ini. Keterbatasan-keterbatasan ini dapat diminimalisasi dengan primary PCI. Berdasarkan hasil CADILLAC trials, diketahui bahwa sebanyak 40.8% pasien dengan fibrinolytic therapy memiliki resiko mengalami restenosis, sedangkan dengan tindakan primary PCI resikonya turun menjadi 22.2%.

Resiko

Tindakan angioplasty juga bukan tanpa resiko. Pasien umumnya dalam keadaan sadar saat tindakan dilakukan dan rasa tidak nyaman pada dada mungkin dirasakan selama tindakan berlangsung. Pendarahan pada titik insersi umum terjadi dan kadang juga timbul memar atau hematoma. Reaksi alergi terhadap contrast dye yang dipakai juga mungkin terjadi. Tetapi, yang patut diwaspadai adalah resiko komplikasi serius yang mungkin terjadi seperti stroke, ventricular fibrillation (VF) atau ventricular tachycardia (VT), serangan jantung, dan aortic dissection. Resiko komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada:

  • seseorang berusia 75 tahun ke atas
  • seseorang yang pernah menderita sakit ginjal atau diabetes
  • orang dengan kemampuan pompa jantungnya lemah
  • orang yang pernah menderiat sakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah sebelumnya.

Source:

1.    Ellen C. Keeley, M.D., L. David Hillis, M.D. 2007. Primary PCI for Myocardial Infarction with ST-Segment Elevation. N Engl J Med (356) 47-54.

2.    http://en.wikipedia.org/wiki/Percutaneous_coronary_intervention

Eka Hospital Patient Services


In reply to Widaryati S.Kep.Ns.M.Kep.

Re: Diskusi Anvullen

by 1910201218 Helmiati -

Assalamualaikum Bu, ingin bertanya nggih. Apakah ada hubungan antara sindrom koroner akut dan infark miokard akut berdasarkan fisiologisnya?