Apa perbedaan reverse split dan stock split? Serta apa saja contohnya? Terima kasih
Meisya Egidhea Putri
2010601047
Izin menjawab pertanyaan dari mba Nida,
Stock split adalah aksi korporasi atau corporate action dari sebuah emiten, berupa pemecahan saham dalam rasio tertentu yang sudah ditentukan.
Contoh : emiten yang berencana melakukan stock split adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Emiten ini berencana memecah nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5.
Adanya stock split ini membuat total saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham. Nominal saham emiten ini juga akan berubah dari Rp62.500 menjadi Rp12.500 per lot saham.
Sedangkan, reverse stock split sendiri sebenarnya adalah kebalikan dari stock split. Apabila stock split dilakukan dengan cara menaikkan jumlah saham, maka reverse stock split bekerja dengan cara menurunkan jumlah saham yang beredar di pasar untuk meningkatkan harga saham.
Contoh : emiten yang pernah melakukan reverse stock split adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) pada tahun 2012. FREN pernah melakukan reverse stock split dengan rasio 20:1. FREN melakukan reverse stock split dengan harga awal saham sebesar Rp100 per lot menjadi Rp2.000 per lot saham pada saat itu.
- reverse stock split sendiri sebenarnya adalah kebalikan dari stock split. Apabila stock split dilakukan dengan cara menaikkan jumlah saham, maka reverse stock split bekerja dengan cara menurunkan jumlah saham yang beredar di pasar untuk meningkatkan harga saham, Reverse stock split dilakukan dengan tujuan untuk penyelamatan perusahaan emiten agar tetap memenuhi persyaratan untuk tetap menjaga status listing dalam perdagangan pasar modal.
Contoh : perusahaan Citygroup. Pada tahun 2011, perusahaan tersebut melakukan reverse stock split dengan perbandingan 1:10 untuk menaikkan harga sahamnya dari yang tadinya 4,5 dollar menjadi 45 dollar
- Stock split merupakan aksi korporasi memecah nominal harga saham sesuai rasio tertentu. Stock split menyebabkan harga saham per lembar menjadi lebih murah dan transaksi akan semakin aktif. Adanya aksi korporasi dalam bentuk stock split ini mampu menarik investor menjadi lebih banyak, terutama investor retail.
Contoh : PT XYZ Tbk pada awalnya memiliki jumlah saham beredar sebanyak 100 juta lembar saham dengan harga nominal per lembar saham sebesar Rp5.000. Dengan alasan dan kebijakan tertentu dari suatu emiten, kemudian emiten beserta stakeholders sepakat untuk melakukan stock split dengan rasio 1:5. Dengan demikian, maka harga per lembar saham berubah dari Rp5.000 menjadi Rp1.000 per lembar saham, serta jumlah saham beredar juga meningkat menjadi (Rp5.000/Rp1.000) x 100 juta lembar = 500 juta lembar saham.