dalam situasi apa WACC atau APV lebih baik dipakai?
Re: Ista bertanyaaaa :)
Situasi yang baik dalam penggunaan WACC atau APV yaitu sebagai berikut penjelasannya :
1. Jika risiko proyek konstan selama usia proyek tersebut, maka biaya modal saham dan biaya modal rata-rata tertimbang akan konstan selama proyek tersebut dilakukan. Dalam situasi tersebut, WACC cukup praktis digunakan. Dengan menggunakan APV, dalam keadaan ini tidak perlu mengidentifikasi satu-persatu efek keputusan pendanaan. Jika risiko proyek berubah-ubah selama usia proyek tersebut, maka biaya modal juga akan berubah-ubah. Pada situasi ini menghitung efek keputusan pendanaan secara langsung, seperti yang dilakukan oleh APV akan lebih praktis.
2. WACC berbicara mengenai rasio utang, sedangkan APV berbicara mengenai tingkat (jumlah) utang. Jika jumlah utang bisa diprediksi dengan baik, maka APV cukup praktis digunakan. Jika tingkat (jumlah) utang sulit diprediksi, maka penggunaan APV menjadi lebih sulit. Contoh, jika rasio utang terhadap nilai perusahaan tetap, kemudian nilai perusahaan berubah-ubah, maka jumlah utang juga akan berubah-ubah. Jumlah utang menjadi lebih sulit dihitung Tetapi jika rasio utang berubah-ubah, maka WACC menjadi sulit diaplikasikan
Re: Ista bertanyaaaa :)
1. Jika risiko proyek konstan selama usia proyek tersebut, maka biaya modal saham dan biaya modal rata-rata tertimbang akan konstan selama proyek tersebut dilakukan. Dalam situasi tersebut, WACC cukup praktis digunakan. Dengan menggunakan APV, kita tidak perlu mengidentifikasi satu-persatu efek keputusan pendanaan. Jika risiko proyek berubah-ubah selama usia proyek tersebut, maka biaya modal juga akan berubah-ubah. Pada situasi ini menghitung efek keputusan pendanaan secara langsung, seperti yang dilakukan oleh APV akan lebih praktis.
2. WACC berbicara mengenai rasio utang, sedangkan APV berbicara mengenai tingkat (jumlah) utang. Jika jumlah utang bisa diprediksi dengan baik, maka APV cukup praktis digunakan. Jika tingkat (jumlah) utang sulit diprediksi, maka penggunaan APV menjadi lebih sulit. Contoh, jika rasio utang terhadap nilai perusahaan tetap, kemudian nilai perusahaan berubah-ubah, maka jumlah utang juga akan berubah-ubah. Jumlah utang menjadi lebih sulit dihitung Tetapi jika rasio utang berubah-ubah, maka WACC menjadi sulit diaplikasikan.