Assalamuallaikum wr,wb
NAMA: ALIFFAH MUSFIROTUN AZZAHROH
NIM : 2110101020
1. Sifat
Mereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida
mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai
reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidratmaupun
analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida
atau keton bebas dalam molekul karbohidrat.Sifat ini tampak pada reaksi reduksi
ion-ion logam misalnya ion Cu++ dan ion Ag++ yang terdapat pada pereaksi-pereaksi
tertentu.
2. Pembentukan
Furfural
Dalam larutan asam yang encer,
walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan
dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau
derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau
pelepasan molekul air dari suatu senyawa.Pentosa-pentosa hampir secara
kuantitatif semua terdehidrasi menjadi furfural. Dengan
dehidrasiheksosa-heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena
furfural apabila direaksikan dengan α naftol atau timol, reaksi ini dapat
dijadikan reaksi pengenal untuk karbohidrat.
3. Pembentukan
Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai
gugus aidehida atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama
fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk Kristal dan titik
lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting, artinya
karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah
satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan
galaktosa yang terdapat dalam urine wanita yang sedang dalam masa menyusui
(Poedjiadi, Hal 42, 1994). Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazine,
mula mula terbentuk D-glukosafenilhidrazine. Kemudian reaksi berlanjut hingga
terbentuk D-glikazon. Glukosa, fruktosa, dan manosa dengan fenilhidrazin
menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut
tampak bahwa posisi gugus -OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4 dan 5 sama
Dengan demikian osazon yang terbentuk mempunyai struktur yang sama (Poedjadi,
Hal 42, 1994).
4.
Pembentukan
Ester
Semua
monosakharida dapat terasetilasi oleh asam asetat anhidrida yang
berlebihan
membentuk O-asetil-α-D-glukosa. Gugus asetil yang berikatan secara
ester ini bisa
dihidrolisis oleh asam atau basa . Sifat ini sering juga digunakan
untuk penentuan
struktur kharbohidrat
Senyawa ester yang
penting dalam metabolisme adalah ester fosfat.
Senyawa ini
terjadi karena berlangsungnya reaksi antara kharbohidrat dengan
adenosin trifosfat
(ATP) yang dikatalis oleh enzim yang sesuai.
5.
Isomerisasi
Isomerisasi adalah
proses penataan ulang suatu molekul
menjadi molekul
baru dengan rumus empiris tetap. Pada umumnya reaksi
isomerisasi
memiliki energi aktivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk
menurunkan energi
aktivasi tersebut dibutuhkan katalis. Katalis adalah suatu
zat yang dapat
mempercepat suatu reaksi mencapai kesetimbangannya,
tanpa dikonsumsi
oleh proses reaksi.
6.
Pembentukan
Glikosida
Glikosida
merupakan salah satu senyawa jenis alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa metabolit
sekunder pada jaringan tumbuhan dan hewan yang memiliki
atom nitrogen
(Hartati, 2010). Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu
gula yang disebut dengan gliko dan bukan gula biasa disebut
aglikon. Glikosida
yang menghubungkan glikon dan aglikon ini sangat mudah
terurai oleh
pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas (Rahayu dan Hastuti,
2008).Glikosida
yang terdapat pada tangkai daun pepaya dapat menimbulkan
efek yang
berbahaya bagi manusia. Glikosida dapat bersifat racun yang
menyerang sistem
cardiovasculer. Tanda dan gejala apabila seseorang mengalami
keracunan
glikosida adalah anoreksia, mual, muntah, penglihatan kabur,
kelelahan, dan
pusing (Goodman dan Gilman, 2003). Glikosida dapat menjadi
toksik pada tubuh
apabila kadarnya mencapai 0,2 mg/L yang setara dengan 0,2
ppm. Glikosida
pada tangkai daun pepaya dapat dihilangkan dengan metode
pemanasan. Ikatan
glikosida dapat terputus pada suhu 67-70° C (Auria et al.,
1996).
7.
Rumus
fischer
Dalam rumus Fischer digunakan istilah dekstro (d) dan levo ( l ).
Biasanya huruf d atau l ditulis di depan nama gula sederhana.
Bentuk l merupakan bayangan cermin dari bentuk d. Bila gugus
hidroksil pada karbon nomor 2 (di tengah) dari sebuah molekul struktur linier
gliseraldehida terletak di sebelah kanan, dinamakan d dan bila berada di
sebelah kiri, dinamakan l .
Meskipun terdapat bentuk d dan l ,
tetapi monosakarida-monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya berbentuk
d, dan jarang sekali dalam bentuk l , kecuali l-fruktosa
yang terdapat dalam mukopolisakarida dan mukoprotein. Beberapa pentosa yang
secara alam terdapat dalam bentuk l ialah l-arabinosa
dan l-xilosa, yang terdapat pada urin penderita pentosuria.
Fischer menggunakan (d) untuk menyatakan
konfigurasi (+) gliseraldehida, dengan gugus hidroksil di sebelah kanan;
enantiomernya dengan gugus hidroksil di sebelah kiri, ditetapkan sebagai l (-)
gliseraldehida. Karbon yang paling teroksidasi (CHO) ditetapkan di bagian atas.
8.
Aktivitas
optic
Aktivitas optik
adalah kemampuan suatu bahan tertentu untuk memutar
bidang getar
cahaya terpolarisasi. Suatu larutan yang terdiri bahan optik aktif
dapat memutar
bidang cahaya polarisasi. Terputarnya bidang cahaya polarisasi
pada bahan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu konsentrasi
bahan yang dilalui
dan panjang sampel yang digunakan. Semakin besar
konsentrasi yang
digunakan untuk memperbesar terputarnya bidang cahaya
polarisasi.
Panjang sampel mempengaruhi terputarnya bidang cahaya polarisasi,
semakin panjang
tempat sampel semakin besar nilai terputamya bidang cahaya
po1arisasi
(Goldstein, 2003). Aktivitas optik dapat terjadi karena adanya sifat
optik aktif dari
suatu bahan. Sifat optik aktif yaitu kemampuan suatu bahan untuk
memutar bidang
cahaya terpolarisasi pada saat cahaya melewati retarder seperti
kaca, kristal, zat
cair, dan lain sebagainya
9.
Konfigurasi
molekul
Dalam fisika atom
dan kimia kuantum, konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron pada
sebuah atom, molekul, atau struktur fisik lainnya.[1] Sama seperti partikel
elementer lainnya, elektron patuh pada hukum mekanika kuantum dan
mempertunjukkan sifat-sifat bak-partikel maupun bak-gelombang. Secara formal,
kondisi kuantum elektron tertentu ditentukan oleh fungsi gelombangnya, yaitu
sebuah fungsi ruang dan waktu yang bernilai kompleks. Menurut interpretasi
mekanika kuantum Copenhagen, posisi sebuah elektron tidak dapat ditentukan
kecuali setelah keadaan sikap yang dibuat pengukuran yang mengakibatkannya
untuk dapat dideteksi. Probabilitas sikap yang dibuat pengukuran akan
mendeteksi sebuah elektron pada titik tertentu pada ruang adalah proporsional
terhadap kuadrat nilai absolut fungsi gelombang pada titik tersebut.
10. Rumus Howarth
Struktur
melingkar atau hemiasetal ini dikemukakan oleh Tollens. Struktur ini
digambarkan secara perspektif oleh Haworth. Penulisan kedua struktur tersebut
mempunyai hubungan yaitu gugus OH mengarah ke kanan pada proyeksi Fischer
menjadi ke bawah pada struktur Haworth, sedangkan gugus OH yang mengarah ke
kiri pada proyeksi Fischer menjadi ke atas pada struktur Haworth. Penamaan
struktur melingkar dari monosakarida yang gugus OH-nya mengarah ke bawah diberi
awalan alfa (α), sedangkan yang mengarah ke atas diberi awalan beta (β).