assalammualakum, izin menjawab bu.
1. Sensori Integrasi
Sensori integrasi merupakan proses mengenal,
mengubah, dan membedakan sensasi dari
sistem sensori untuk menghasilkan suatu
respons berupa “perilaku adaptif bertujuan”.
Pada tahun 1972, A. Jean Ayres memperkenalkan
suatu model perkembangan manusia yang dikenal
dengan teori sensori integrasi (SI). Menurut teori
Ayres, SI terjadi akibat pengaruh input sensori,
antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil,
vestibular, dan proprioseptif.
2. Sensori Integrasi terdiri dari:
tiga aspek yaitu kognitif, motorik dan sensorik.
- Taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar
yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirim
informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya,
sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri
dari dua komponen, yaitu protektif dan diskriminatif,
yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan
fungsi sehari-hari. Hipersensitif terhadap stimulasi taktil, yang dikenal dengan tactile defensiveness, dapat
menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa
respons menarik diri saat disentuh, menghindari
kelompok orang, menolak makan makanan tertentu
atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujungujung jari, untuk memegang benda tertentu.
- Vestibular
Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal
semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan
posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus
otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral.Anak yang
hipersensitif terhadap stimulasi vestibular mempunyai
respons fight atau flight sehingga anak takut atau lari dari
orang lain.
- Proprioseptif
Sistem proprioseptif terdapat pada serabut otot,
tendon, dan ligamen, yang memungkinkan anak
secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan
tubuh. Pekerjaan motorik halus, seperti menulis,
menggunakan sendok, atau mengancingkan baju
bergantung pada sistem propriosepsif yang efisien.
Hipersensitif terhadap stimulasi proprioseptif
menyebabkan anak tidak dapat menginterpretasikan
umpan balik dari gerakan dan mempunyai
kewaspadaan tubuh yang rendah. Tanda disfungsi
sistem proprioseptif adalah clumsiness, kecenderungan
untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang
berantakan, dan kesulitan memanipulasi objek kecil,
seperti kancing. Hiposensitif sistem proprioseptif
menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit,
atau membentur-benturkan kepala
3. Penanganan gangguan vestibular
Sistem vestibular merupakan dasar
tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi
bilateral untuk impulsive (gerakan berulangulang), dan susah sekali mengontrol dirinya
(Waiman, dkk, 2011). Sehingga pengembangan kemampuan keseimbangan lebih ditekankan agar anak autis mampu mengontrol
dirinya dan mengurangi gerakan-gerakan
berulang. Organ vestibular terdiri dari sakulus, utrikulus dan tiga kanal setengah
lingkaran.
Kemampuan vestibular dalam jurnal yang saya baca, yang akan diukur adalah kemampuan
subyek dalam mempertahankan posisi kepala dan
tubuh saat melakukan aktivitas menulis dengan
pemberian latihan sensorimotor berupa variasi
posisi dengan menggunakan bola gymnasium. Positioning anak duduk miring di atas gymball dipegangi oleh terapis, hal ini akan melatih core stability dan juga keseimbangan.
Selain itu ada pula jenis intervensi lain:
Intervensi dengan menggunakan kursi bola termasuk ke dalam
pendekatan intervensi yang menggunakan strategi proses sensori. Terapi
kursi bola memiliki efek terapeutik sehingga masalah yang dihadapi saat
disekolah dapat diatasi (Schilling dan Schwartz, dalam Bagatel, dkk,
2010).
Upaya yang dilakukan dalam menurunkan hiperaktivitas pada anak
ADHD melalui kursi bola diharapkan dapat menjadikan anak ADHD semakin
kondusif.Intervensi dengan menggunakan kursi bola merupakan terapi yang
memiliki manfaat bagi anak dengan permasalahan keseimbangan, kontrol
postur, ataupun perhatian, seperti halnya dengan anak ADHD hiperaktif yang
hiposensitif terhadap stimulasi vestibular.
Bola diimplementasikan di ruang
treatment sebelum aktivitas di kelas berlangsung. Anak dipersiapkan untuk
menggunakan bola dan memastikan posisi duduk yang benar pada kaki rata
di lantai dengan pinggul dan lutut pada 90 derajat. Ring pengokoh juga
disediakan untuk mencegah bola berguling. Anak-anak diperbolehkan untuk
mencoba kursi bola itu sebelum treatment dimulai sehingga bisa
menyesuaikan diri bagaimana menggunakannya dengan benar. Sasaran treatment kursi bola untuk dapat meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas
ataupun untuk tetap pada tugas tersebut diharapkan dapat semakin
menurunkan hiperaktivitas pada anak ADHD.
Kursi bola memiliki fungsi utama untuk menciptakanpermukaan yang
tidak stabil sehingga dapat semakin meningkatkan keseimbangan ketika
duduk di atasnya (Bagatel, dkk, 2010). Bola yang digunakanbersifat lembut,
lentur, dan mampu memantul. Anak ADHD bisa duduk di atasnya dan
melambung ringan.
4. Masalah gangguan taktil dan propioceptive
- TAKTIL
Peneliti memilih alat permainan
sebagai perlakuan untuk meningkat-kan
kemampuan taktil. Wiyani (2014)
mengungkapkan bahwa kegiatan bermain
dapat dijadikan terapi dalam menangani
gangguan autis. Bermain pada anak autis
memiliki tujuan yang spesifik, ditujukan
untuk mengembangkan kekuatan otot,
motorik, meningkat-kan ketahanan tubuh
bagian dalam, mencegah dan memperbaiki
sikap tubuh yang kurang baik, untuk
melepaskan anak dari energi berlebih yang
dapat merugikan diri sendiri, dan untuk
melatih anak dalam interaksi sosial.
Penelitian ini menggunakan empat
alat permainan yang digunakan pada saat
pretest, perlakuan, dan posttest. Alat permainan yang digunakan
adalah bola woll, bola jelly, plastisin,
kelereng, dan sumpit.
Azharini (2015)
mengemukakan bahwa bermain bola
merupakan salah satu aktivitas yang dapat
dilakukan untuk menstimulasi motorik halus
dan dapat digunakan sebagai media
pemaparan warna. Alat permainan bola
termasuk alat permainan sensory ball yang
bermanfaat sebagai media sensory play, membedakan tekstur kasar dan halus,
menstimulasi indera peraba dan
menstimulasi perkembangan kognitif.
Pitamic
(2015) menyatakan bahwa indera
merupakan sebuah alat pembelajar alamiah
bagi anak kecil, dan membantu untuk
melibatkan anak secara penuh di dalam
aktivitas. Anak perlu mampu mengetahui
tekstur suatu benda, hal ini dapat
memengaruhi pengalaman indera taktil.
Anak dapat diperkenalkan dengan berbagai
benda bertekstur lunak dan keras, seperti
kelereng, kayu, play dough, dan kertas.
- PROPIOCEPTIVE
> Latihan kinestetik
yakni suatu
bentuk latihan yang menggunakan
kemampuan seluruh tubuhnya untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaanperasaan atau menggunakan tangantangan untuk menghasilkan dan
mentransformasikan sesuatu.
Kecerdasan ini mencakup keahliankeahlian fisik khusus seperti koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekuatan,
kelenturan dan kecepatan.
Latihan kinestetik dapat
dimodifikasi dengan bantuan alat yaitu
cone. Cone exercise yaitu suatu bentuk
latihan gerakan dengan penanda yang
dilakukan dalam bentuk permainan.
Latihan kinestetik yaitu suatu gerakan
berupa rangsangan yang akan
diteruskan ke dalam mendula spinalis
yang kemudian masuk kedalam cerebellum dan akan bersinapsis dengan
ketiga bagian saraf di cerebellum, ketika
telah sampai pada saraf yang ketiga
maka rangsangan ini akan menyilang ke
tempat semula. Rangsang dari
cerebellum selanjutnya disalurkan
melalui saraf perifer motorik kembali ke
otot dan kemudian terjadilah gerakakn
yang tepat.
Cerebelum berfungsi
menghasilkan gerakkan kelompok otot
yang berlangsung dengan tepat (sasaran
dan waktu) menampilkan gerakkan
yang memerlukan latihan khusus. Dari
rangsangan sensoris sehingga terjadi
gerakkan yang berlangsung dengan
tepat menandakan peran sensomotorik
yang baik, sehingga kedua latihan ini
sama sama meningkatkan
propioceptivedengan signifikan.
> Senam otak
Merupakan suatu
rangkaian latihan merancang untuk
membantu pelajar mengkoordinir otak
mereka dan badan mereka lebih baik.
Otak sebagai pusat aktivitas tubuh akan
mengaktifkan seluruh organ dan sistim
tubuh melalui pesan – pesan yang
dihantarkan melalui serabut saraf secara
sadar maupun tidak sadar. latihan
braingym mengaktifkan tiga dimensi
otak yaitu dimensi lateralis, pemfokusan
dan pemusatan, sehingga dengan latihan
braingym akan mengkoordinasikan
seluruh belahan otak yang akan
membuat input sensori yang diterima akan diproses dengan baik sehingga
menghasilkan output yang optimal.
Pada latihan braingym , gerakan
yang terjadi akan merangsang seluruh
bagian otak dan informasi gerakakan
akan disimpan pada serebelum sehingga
cerebellum terangsang engan baik dan
akan banyak sinaps sinaps terhubung
maka cerebellum akan memproses input
sensoris dengan baik hingga terjadilah
gerakan yang tepat.
REFERENSI:
Waiman, Elima dkk. 2011. Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi. Sari Pediatri Vol. 13 No. 2, Agustus 2011
https://www.researchgate.net/publication/312175761_Sensori_Integrasi_Dasar_dan_Efektivitas_Terapi/fulltext/59edf590a6fdccbbefd543b4/Sensori-Integrasi-Dasar-dan-Efektivitas-Terapi.pdf
http://repository.unika.ac.id/15090/2/12.92.0046%20Windy%20Checaria%20Pratiwi%20BAB%20I.pdf
Tanawali, Nur Hafidzah dkk. 2018. Peningkatan Kemampuan Taktil Pada Anak Autis Melalui Terapi Sensori Integritas. Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Maret 2018.
https://media.neliti.com/media/publications/261375-peningkatan-kemampuan-taktil-anak-autis-9385b790.pdf
Fatmawati, Veni dkk. PerbedaanPengaruh Braingym dan Latihan Kinestetik Terhadap Propioceptive Pada Anak Usia 4-6 Tahun di TPA AL MUSTAQIM. 2015. Sport and Fitness Journal Vol. 3 No. 1-12, November 2015.