Assalamualaikum wr wb, sore ini akan kita laksankan kuliah terkait neurorestorasi, sebelum kita mulai mari kita berdoa dulu kemudian membaca surat al fatihah, setelah itu silahkan didownload kemudian jika ada pertanyaan disampaiman disini, dan teman yg lain membantu menjawab serta diakhir ppt ada pertanyaan dan harap dijawab SEKARANG di reply..terima kasih
Waalaikumsalam wr.wb. Baik ibu
Waalaikumsalam,wr,wb. Baik ibu
Waalaikumsalam wr wb, baik bu.
Waalaikumussalam wr wb,, nggih ibu
Wa'alaikumsalam wr wb, enggeh ibu
Baik ibu
Baik ibu
Baik buu
waalaikumsalam baik ibu
Waalaikumsalam wr.wb, baik bu
Walaikumsalam wr wb baik bu
Waalaikumussalam ibu izin menjawab
1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA
Sumber : Nurdian, Yudha dkk. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience dalam Kehidupan. 2019.
Walaikumsalam wr wb baik bu
Waalaikumsalam wr.wb, baik bu
Waalaikumussalam ibu siap
Izin menjawab bu
1. Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik [2] .
Informasi di otak ditransmisikan dari neuron ke neuron melalui koneksi khusus yang disebut sinapsis. Sinaps antara dua neuron terdiri dari terminal prasinaps dan pascasinaps, yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Terminal prasinaptik diisi dengan vesikel kecil yang mengandung neurotransmiter kimia, dan terminal pascasinaptik terdiri dari reseptor khusus untuk neurokimia ini. Neuron membawa informasi dalam bentuk impuls listrik yang disebut potensial aksi yang dimulai pada badan sel dan berjalan ke bawah akson. Pada sinaps, potensial aksi menyebabkan pelepasan vesikel berisi neurotransmiter yang bergantung pada tegangan, sehingga mengubah impuls listrik menjadi sinyal kimia.
Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik,di mana mereka mengikat reseptor dan menghasilkan sinyal listrik di neuron postsinaptik. Sel pascasinaps kemudian akan, pada gilirannya, memicu potensial aksi jika jumlah semua sinapsisnya mencapai ambang listrik untuk penembakan. Karena neuron dapat menerima sinapsis dari banyak sel prasinaptik yang berbeda, setiap sel mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber sebelum meneruskan informasi dalam bentuk kode listrik. Kemampuan neuron untuk memodifikasi kekuatan sinapsis yang ada, serta membentuk koneksi sinaptik baru, disebut neuroplastisitas. Didefinisikan dengan cara ini, neuroplastisitas mencakup perubahan kekuatan koneksi sinaptik yang matang, serta pembentukan dan penghapusan sinapsis pada otak orang dewasa dan yang sedang berkembang. Ini mencakup bidang penelitian yang luas,dan proses serupa juga dapat terjadi pada sinapsis perifer, di mana banyak studi perintis tentang transmisi sinaptik pertama kali terjadi. Selain itu, neuroplastisitas termasuk pertumbuhan kembali (atau tumbuh) koneksi sinaptik baru setelah cedera sistem saraf pusat.
Mekanisme perubahan fungsional
(a) Supersensitivitas denervasi:
Fenomena ini terjadi ketika neuron kortikal hilang. Karena neuron yang rusak, tidak ada sinyal saraf yang melewati neuron ini. Jadi, untuk mengimbangi ini, membran pasca-sinaptik mengembangkan lebih banyak reseptor untuk neurotransmitter untuk melewatkan sinyal saraf. Fenomena peningkatan reseptor pada membran pasca-sinaptik ini menyebabkan supersensitivitas dalam tahap denervasinya.
(b) Potensiasi jangka panjang
Dalam fenomena ini, pada membran pascasinaps, terjadi pelepasan sejumlah kecil glutamat. Selanjutnya, glutamat ini berikatan dengan reseptor yang ada di atas membran. Hal ini menyebabkan stimulasi reseptor AMPA (alpha amino-3-hydroxy-5-meter 4-isoxazole propionic acid) yang memungkinkan masuknya natrium (Na+) ke dalam membran pasca-sinaptik. Selain itu, ion magnesium dilepaskan yang selanjutnya memblokir reseptor NMDA (N-metil D-aspartat). Secara keseluruhan, proses ini mengarah pada pelepasan glutamat lebih lanjut melalui membran pos-sinaptik. Oleh karena itu, lebih banyak ion natrium masuk ke dalam membran pasca-sinaptik meningkatkan muatan positif. Selanjutnya, peristiwa ini menyebabkan pengeluaran ion magnesium dari reseptor NMDA, yang memungkinkan lebih banyak masuknya kalsium ke dalam sel pasca-sinaptik.Semua ini mengarah pada aktivasi 'Protein Kinase C dan Calmodulin Kinase', yang menyebabkan penambahan lebih banyak reseptor AMPA di atas membran pos-sinaptik. Hal ini menyebabkan stimulasi lebih lanjut dari membran pasca-sinaptik untuk melepaskan lebih banyak glutamat yang meningkatkan 'penguatan sinaps dan dengan demikian telah terjadi potensiasi'
Sifat potensiasi jangka panjang
(i) Kooperatif : Membran prasinaps harus mencapai ambang batas untuk menghasilkan impuls
(ii) Spesifisitas : Potensiasi jangka panjang hanya dapat dibangkitkan pada satu sambungan sinaptik tertentu. Namun, yang berdekatan yang tidak diaktifkan tidak dapat menunjukkan potensiasi jangka panjang
(iii) Associativity : Ada hubungan antara dua sinapsis yang berdekatan. Di mana stimulus yang lebih kuat pada satu sinaps dapat menyebabkan pembangkitan impuls pada sinaps yang lebih lemah
(c) Depresi Jangka Panjang
Depresi jangka panjang ini mengikuti stimulasi frekuensi rendah dari membran pasca-sinaptik. Dalam proses ini, pelepasan glutamat melalui membran pasca-sinaptik menyebabkan tingkat depolarisasi yang lebih rendah. Stimulus bertahap yang lambat ini menyebabkan lewatnya kalsium melalui reseptor NMDA, yang secara bertahap membangun jumlah ion kalsium di tempat reseptor. Proses ini menyebabkan aktivasi protein 'Fosfatase', yang selanjutnya mendefosforilasi substrat untuk mempertahankan reseptor AMPA untuk melakukan pembangkitan atau stimulasi membran pasca-sinaptik. Oleh karena itu, mengarah ke generasi 'Respon pasca-sinaptik yang lebih lemah'
(d) Penguatan sinaptik
Dalam proses ini, terjadi perubahan struktural pada sinaps untuk memfasilitasi neurotransmisi. Pada dasarnya ini bekerja pada 'Postulat Hebbs' di mana aktivitas terkoordinasi dari terminal prasinaps dan membran pascasinaps akan membuat koneksi sinaptik lebih kuat ('plastisitas Hebbian) [12] .
Squire L, Berg D, Bloom FE, Du Lac S, Ghosh A, Spitzer NC, editors. Fundamental neuroscience. Academic Press; 2012 Dec 17.
2. Neurotransmitter :
Asam glutamate, asamapartat, SERINA,GABA, Dopamine, histamin,serotonin,melatonin,asetilcolin
Mohon maaf jika belum tepat terimakasih
Waalaikumussalam, baik ibuu
Izin menjawab no 2 bu
Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.
Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual.
Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak,
namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.
Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps
Sumber : https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
Waallaikumsalam baik bu
Waalaikumsalam baik bu
Waalaikumsalam wr wb baik bu
Waalaikumsalam wr wb ,baik Bu🙏
Waalaikumussalam wr wb, baik bu
walaikumsalam wr wb baik ibu
Walaikumsalam baik bu
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh , nggih bu
Waalaikumussalam wr wb, baik ibu.
Waalaikumussalam wr wb, baik ibu.
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik. Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
2. a. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)
Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan norepinephrine.
b. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)
Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.
wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,
1. Bagaimana proses neuroplasticity pada syaraf dari segi biomolekuler
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam
neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system
syaraf
salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
Waalaikumsalam wr wb,
Baik bu
Waalaikumussalam wr wb
Baik ibu
Waalaikumussalam wr wb
Baik ibu
Wlaikumsalam baik bu
Izin menjawab bu
Secara fisiologis plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.
https://uad.ac.id/id/pendidikan-sepanjang-hayat-dan-plastisitas-otak/
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Waalaikumsalam, baik bu
Waalaikumusaalam wr wb
Baik bu
Baik bu
izin menjawab Bu,
1. Neuroplastisiticity Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik. Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
Sumber:
Diva, SA, & Yuniati, A. (2020). Analisis Modifikasi Plastisitas Sinaptik Model STDP (Spike Timing Dependent Plasticity) dengan Mengubah Konsentrasi Kalsium Intraseluler. Kaunia: Integrasi dan Interkoneksi Islam dan Ilmu Pengetahuan, 16(2), 29-35.
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf?
- Asetilkolin (ACh)
Asetilkolin disintesis dari penggabungan kolin dan asetil-KoA dengan dikatalis oleh enzim kolin asetiltransferase. Neuron yang mensintesis dan melepaskan ACh merupakan neuron yang kolinergik. Ketika potensi aksi mencapai terminal prasinaps, maka akan diberikan ion Ca masuk melalui “voltage-gated calcium channel”. Masuknya ion Ca akan menyebabkan eksositosis vesikel prasinaps yang mengandung Ach dan melepaskan Ach ke daerah celah sinaps. Setelah berhasil, Ach harus segera dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase.
- Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter monoamin. Dopamin, epinefrin dan norepinefrin merupakan golongan katekolamin sedangkan seretonin merupakan golongan indolamin. Berasal dari asam amino tirosin yang mengalami hidroksilasi. Enzim kunci sintesis dopamin adalah tirosin hidrosilase dan dopa dekarboksilase. Tirosin yang merupakan asam amino non esensial dapat dibuat dari fenilalanin dengan enzim fenilalanin hidroksilase. Sintesis tirosin terjadi di hati dan dibawa ke otak oleh tranporter asam amino. Di otak, tirosin dapat diubah menjadi DOPA dan akhirnya menjadi DOPAMIN. Kofaktor yang diperlukan dalam mengubah tirosin menjadi DOPA adalah oksigen, besi dan THB (tetrahidrobiopterin).Kofaktor untuk dopa dekarboksilase adalah PLP (piridoksal fosfat). Ada 2 reseptor Dopamin : D1 (stimulator) dan D2 (inhibitor).
-Histamin
Histamin merupakan monoamin. Di otak, dihasilkan dari sel mast dan serat saraf. Histanin disintesis dari histidin dengan bantuan enzim histidin dekarboksilase. Histamin disimpan di vesikel terminal saraf. Depolarisasi terminal saraf akan melepaskan histamin. Proses ini juga tergantung pada Ca2+. Histamin yang akan mengaktifkan reseptor di presinaps dan postsinaps. Astrosit berperan dalam inaktivasi dan degradasi histamin. Proses dapat terjadi otak dengan bantuan enzim histamin metiltransferase diikuti dengan oksidasi oleh MAO dan diikuti oksidasi menjadi asam asetat metilmidazol. Sedangkan di jaringan periferal akan mengalamin deaminasi oleh enzim diamin oksidase dan selanjutnya oksidasi membentuk asam asetat imidazol.
Sumber : Integrasi Biokimia dalam Modul Kedokteran (Endah Wulandari & Laifa Annisa Hendarmin) hal. 124
Waalaikumsalam,
Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf(otak) untuk berubah, remodeling, dan reorganizedengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap stimulasi yang baru, pembentukkan jalur sarah baru(bukan neuron baru, tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadapperubahan pengalaman sebagian diperantarai olehperubahan bentuk dendrit akibat modifikasi elemensitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambahpanjang dan semakin bercabang serta terbentuk lebihbanyak spina dendrit, neuron menjadi mampumenerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyaldari neuron lain. Karena itu, koneksi sinaps yang tepatantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapatdimodifikasi oleh pengalaman. Modifikasi bertahap otak masing-masing orang oleh rangkaian pengalaman unik merupakan dasarbiologis bagi individualitas. Namun, terdapat batasan-batasan yang telah ditentukan oleh genetic dan jugaterdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkatpengaruh pola pemakaian remodelling.
Lestari LAY, dkk. 2019. peran neurosains, neurobehavior, dan neuroplastisitas dalam perilaku manusia
1. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk berubah terus menerus sepanjang hidup individu, dan dapat diamati pada berbagai tingkatan, dengan perilaku adaptif dan pembelajaran dan memori berada di puncak hierarki, yang menghubungkan perubahan struktural dengan fungsionalitas. Dasar piramida ini dibentuk oleh molekul dan interaksinya, yang terdiri dari sinapsis, sirkuit saraf, dan tingkat ikatan yang berbeda. Sinapsis adalah situs khusus antara sel-sel saraf yang mewakili struktur utama yang terlibat dalam neurotransmisi kimia dalam sistem saraf. Prinsip dasar neuroplastisitas adalah perubahan morfologis koneksi sinaptik yang terus diperbarui atau diciptakan kembali, dengan keseimbangan proses ini sangat bergantung pada aktivitas neuron (Jasey dan Ward, 2019). Perubahan yang bergantung pada aktivitas pada sinapsis adalah salah satu poin utama dari konsep neuroplastisitas dan teori pembelajaran dan memori berdasarkan penciptaan engram yang diinduksi oleh pengalaman, tanda fisik dari perubahan struktur sinaptik (Jasey dan Ward, 2019).
Mechanisms of neuroplasticity and brain degeneration:
strategies for protection during the aging process. Mariana Toricelli et al. NEURAL REGENERATION RESEARCH Vol 16 No.1 January 2021
Waalaikumsalam wr.wb baik bu
Izin menjawab ibu
Secara fisiologis plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.
September 17, 2012/in Warta Utama UAD
Mohon maaf apabila kurang tepat.
Waalaikumsalam wr.wb. Baik ibu
wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... Izin menjawab, bu.
2. . Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan
berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat
melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika
terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi
aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate
(NMDA).
Sumber: https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan/link/5d8c31a6a6fdcc25549a5068/download
Plastisitas Neuronal Plastisitas neuronal saat dewasa merupakan suatu perubahan dalam struktur maupun fungsi neuron yang diperoleh dengan proses learning dan memori serta perbaikan akibat kelukaan (Sánchez et al., 2000). Plastisitas dapat terlihat pada dendrit maupun spina yang berada di dendrit yang berfungsi sebagai jaringan komunikasi dan berperan dalam proses integritas sinapsis atau sinaptogenesis (Häuser et al., 2000; Zhang dan Benson, 2000; Fiala et al., 2002; Segal, 2010). Dendrit merupakan suatu prosesus perpanjangan dari soma yang berfungsi sebagai sinap untuk menerima informasi (Häuser et al., 2000) sedangkan spina merupakan tonjolan yang terdapat di dendrit yang bersifat dinamik dan terspesialisasi pada sinapsis aksodendritik eksitatorik di otak (Harris dan Kater, 1994). Spina tersebut merupakan bagian post-sinapsis yang berfungsi mencegah difusi protein dan molekul kecil di antara sinapsis (Scovoda et al., 1996). Dendrit yang baru terbentuk tidak langsung diselubungi oleh spina. Pada awalnya terbentuk terbentuk tonjolan yang belum berfungsi sebagai sinaps. Selama periode sinaptogenesis, tonjolan akan membentuk seperti jari yang disebut filopodia. Melalui filopodia, dapat terjadi kontak dengan akson dan terbentuk sinapsis baru (Fiala et al., 1998). Satu filopodia dapat menerima banyak sinapsis dan selanjutnya filopodia menjadi membesar pada bagian lokus sinapsnya dan menunjukkan bentuk kepala yang membulat dengan ukuran panjang sekitar 2 μm dan terisi matriks berupa aktin yang padat (Fiala et al., 2002). Filopodia juga dapat berubah menjadi bentuk yang lain (Dailey dan Smith, 1996; Fiala et al., 1998) dan dengan adanya sinaptogenesis, pada dendrit akan menunjukkan bentuk spina yang normal (Harris et al., 1992).
Perubahan pada spina merupakan suatu kondisi patologis yang terjadi pada syaraf. Kondisi patologi berupa kehilangan spina terlihat pada kondisi penyakit seperti epilepsi, hipoksia, ischemia, schizophrenia, alzheimer, maupun trauma di sistem syaraf pusat (Choi dan Rothman, 1990; Park et al., 1996; Brown et al., 1998; Garey et al., 1998; Fiala et al., 2002). Kehilangan spina dapat terjadi akibat aktivasi reseptor glutamat N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang menyebabkan hilangnya filamen aktin yang berfungsi untuk stabilisasi spina (Halpain et al., 1998). Selain terjadi penurunan jumlah spina, peningkatan jumlah spina juga menunjukkan kondisi patologi seperti pada penyakit fragile-X syndrome (Fiala et al., 2002). Kehilangan spina akibat kejadian seizure (kejang) secara akut secara umum tidak bersifat permanen. Perkembangan sinapsis dapat dimulai 3-4 hari (Fletcher et al., 1991) dan spina dapat terlihat pada hari ke 9 (Craig et al., 1993). Dalam jangka waktu 15 hari sudah dapat terjadi perbaikan kepadatan dari spina (Muller et al., 1993; Isokawa, 1998).
Dengan adanya proses proliferasi sel akan mampu meningkatkan dan mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru untuk mempertahankan intergritas antar neuron agar dapat menjalankan fungsinya sebagai jaringan komunikasi di otak.
Sumber : https://www.researchgate.net/publication/279193490_PROLIFERASI_DAN_PLASTISITAS_NEURONAL
Assalammualaikum
Izin menjawab nomor 1 bu
1. Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik.
1. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas. sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron
adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada
daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik. Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu
pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein,
dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
Sumber:
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
1. Bagaimana proses neuroplasticity pada syaraf dari segi biomolekuler
Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik [2] .
Informasi di otak ditransmisikan dari neuron ke neuron melalui koneksi khusus yang disebut sinapsis. Sinaps antara dua neuron terdiri dari terminal prasinaps dan pascasinaps, yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Terminal prasinaptik diisi dengan vesikel kecil yang mengandung neurotransmiter kimia, dan terminal pascasinaptik terdiri dari reseptor khusus untuk neurokimia ini. Neuron membawa informasi dalam bentuk impuls listrik yang disebut potensial aksi yang dimulai pada badan sel dan berjalan ke bawah akson. Pada sinaps, potensial aksi menyebabkan pelepasan vesikel berisi neurotransmiter yang bergantung pada tegangan, sehingga mengubah impuls listrik menjadi sinyal kimia.
Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik,di mana mereka mengikat reseptor dan menghasilkan sinyal listrik di neuron postsinaptik. Sel pascasinaps kemudian akan, pada gilirannya, memicu potensial aksi jika jumlah semua sinapsisnya mencapai ambang listrik untuk penembakan. Karena neuron dapat menerima sinapsis dari banyak sel prasinaptik yang berbeda, setiap sel mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber sebelum meneruskan informasi dalam bentuk kode listrik. Kemampuan neuron untuk memodifikasi kekuatan sinapsis yang ada, serta membentuk koneksi sinaptik baru, disebut neuroplastisitas. Didefinisikan dengan cara ini, neuroplastisitas mencakup perubahan kekuatan koneksi sinaptik yang matang, serta pembentukan dan penghapusan sinapsis pada otak orang dewasa dan yang sedang berkembang. Ini mencakup bidang penelitian yang luas,dan proses serupa juga dapat terjadi pada sinapsis perifer, di mana banyak studi perintis tentang transmisi sinaptik pertama kali terjadi. Selain itu, neuroplastisitas termasuk pertumbuhan kembali (atau tumbuh) koneksi sinaptik baru setelah cedera sistem saraf pusat.
Mekanisme perubahan fungsional
(a) Supersensitivitas denervasi:
Fenomena ini terjadi ketika neuron kortikal hilang. Karena neuron yang rusak, tidak ada sinyal saraf yang melewati neuron ini. Jadi, untuk mengimbangi ini, membran pasca-sinaptik mengembangkan lebih banyak reseptor untuk neurotransmitter untuk melewatkan sinyal saraf. Fenomena peningkatan reseptor pada membran pasca-sinaptik ini menyebabkan supersensitivitas dalam tahap denervasinya.
(b) Potensiasi jangka panjang
Dalam fenomena ini, pada membran pascasinaps, terjadi pelepasan sejumlah kecil glutamat. Selanjutnya, glutamat ini berikatan dengan reseptor yang ada di atas membran. Hal ini menyebabkan stimulasi reseptor AMPA (alpha amino-3-hydroxy-5-meter 4-isoxazole propionic acid) yang memungkinkan masuknya natrium (Na+) ke dalam membran pasca-sinaptik. Selain itu, ion magnesium dilepaskan yang selanjutnya memblokir reseptor NMDA (N-metil D-aspartat). Secara keseluruhan, proses ini mengarah pada pelepasan glutamat lebih lanjut melalui membran pos-sinaptik. Oleh karena itu, lebih banyak ion natrium masuk ke dalam membran pasca-sinaptik meningkatkan muatan positif. Selanjutnya, peristiwa ini menyebabkan pengeluaran ion magnesium dari reseptor NMDA, yang memungkinkan lebih banyak masuknya kalsium ke dalam sel pasca-sinaptik.Semua ini mengarah pada aktivasi 'Protein Kinase C dan Calmodulin Kinase', yang menyebabkan penambahan lebih banyak reseptor AMPA di atas membran pos-sinaptik. Hal ini menyebabkan stimulasi lebih lanjut dari membran pasca-sinaptik untuk melepaskan lebih banyak glutamat yang meningkatkan 'penguatan sinaps dan dengan demikian telah terjadi potensiasi'
Sifat potensiasi jangka panjang
(i) Kooperatif : Membran prasinaps harus mencapai ambang batas untuk menghasilkan impuls
(ii) Spesifisitas : Potensiasi jangka panjang hanya dapat dibangkitkan pada satu sambungan sinaptik tertentu. Namun, yang berdekatan yang tidak diaktifkan tidak dapat menunjukkan potensiasi jangka panjang
(iii) Associativity : Ada hubungan antara dua sinapsis yang berdekatan. Di mana stimulus yang lebih kuat pada satu sinaps dapat menyebabkan pembangkitan impuls pada sinaps yang lebih lemah
(c) Depresi Jangka Panjang
Depresi jangka panjang ini mengikuti stimulasi frekuensi rendah dari membran pasca-sinaptik. Dalam proses ini, pelepasan glutamat melalui membran pasca-sinaptik menyebabkan tingkat depolarisasi yang lebih rendah. Stimulus bertahap yang lambat ini menyebabkan lewatnya kalsium melalui reseptor NMDA, yang secara bertahap membangun jumlah ion kalsium di tempat reseptor. Proses ini menyebabkan aktivasi protein 'Fosfatase', yang selanjutnya mendefosforilasi substrat untuk mempertahankan reseptor AMPA untuk melakukan pembangkitan atau stimulasi membran pasca-sinaptik. Oleh karena itu, mengarah ke generasi 'Respon pasca-sinaptik yang lebih lemah'
(d) Penguatan sinaptik
Dalam proses ini, terjadi perubahan struktural pada sinaps untuk memfasilitasi neurotransmisi. Pada dasarnya ini bekerja pada 'Postulat Hebbs' di mana aktivitas terkoordinasi dari terminal prasinaps dan membran pascasinaps akan membuat koneksi sinaptik lebih kuat ('plastisitas Hebbian) [12] .
Sumber : Squire L, Berg D, Bloom FE, Du Lac S, Ghosh A, Spitzer NC, editors. Fundamental neuroscience. Academic Press; 2012 Dec 17.
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf.
Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
sumber:https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik.
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
Re: Forum diskusi
izin menjawab ibu,
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA.
2. Salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
sumber : Nurdian, Yudha. 2019. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience Dalam Kehidupan. Research Gate
Re: Forum diskusi
izin menjawab ibu,
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA.
2. Salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
sumber : Nurdian, Yudha. 2019. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience Dalam Kehidupan. Research Gate
1. Peristiwa molekuler yang terlibat dalam neuroplastisitas dapat dibagi menjadi 2 yaitu struktural dan fungsional (Kulik et al., 2019) Mekanisme utama dalam proses neuroplastisitas struktural adalah neurogenesis hipokampus. Fenomena ini terdiri dari empat fase berbeda: proliferasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi (Kempermann et al., 2018). Prekursor seluler yang ditemukan di hipokampus, terutama di zona subgranular dentate gyrus (Volianskis et al., 2015), adalah jenis astrosit yang mengekspresikan penanda penting proliferasi sel seperti protein asam fibrilasi glial, antigen inti sel yang berproliferasi dan nestin (Kempermann et al., 2018). Setelah proses pembelahan sel, sebagian besar sel mengalami apoptosis atau difagosit oleh mikroglia (Li dan Barres, 2018). Neuroblas yang bertahan berhenti mengekspresikan protein terkait proliferasi sel dan mulai mengekspresikan protein struktural seperti doublecortin; sejak saat itu, asosiasi ekspresi doublecortin, protein inti saraf, calretinin dan calbindin menjadi ciri proses diferensiasi seluler (Kempermann et al., 2015). Neurogenesis sel-sel ini diatur oleh tingkat neurotropin seperti faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF).Perubahan dinamis dalam kompleks struktural sinaptik ini diatur dengan kuat oleh interaksi antara terminal prasinaps, wilayah pascasinaps, dan astrosit, yang dikenal sebagai sinaps tripartit. Astrosit membua reseptor metabotropik dan ionotropik, yang dapat diaktifkan oleh pelepasan neurotransmitter (norepinefrin, asetilkolin, dan glutamat). Dengan cara ini, astrosit dapat berubah, memungkinkan mereka mendeteksi dan memodulasi kekuatan aktivitas sinaptik (Verkhratsky dan Nedergaard, 2018). Peningkatan kadar Ca2+ di dalam astrosit bergantung pada aktivitas saraf dan menimbulkan pelepasan beberapa gliotransmitter (ATP dan glutamat). Selain itu, astrosit kaya akan transporter untuk glutamat, glisin, dan asam aminobutirat, yang digunakan untuk mengeluarkannya dari celah sinaptik dan, melalui enzim, untuk mengubahnya menjadi prekursor dan kemudian, di terminal pra-sinaptik, mengubahnya kembali menjadi pemancar aktif.Aktivasi konstan sel glial yang menyebabkan peradangan mungkin merupakan respons neurotoksik yang dapat dikaitkan erat dengan perkembangan penyakit neurodegeneratif (Osborn et al., 2016; Kawano et al., 2017). Jadi, sebagai respons terhadap berbagai bentuk gangguan termasuk iskemia, trauma, dan penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer, astrosit melakukan perubahan seluler dan molekuler ekstensif yang mengarah pada perubahan fungsional untuk secara aktif memodulasi plastisitas sinaptik.
2. Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
Sumber : Mariana Toricelli dkk. 2020. Mechanisms of neuroplasticity and brain degeneration: strategies for protection during the aging process
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel.
Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.
pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
sumber : https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
1. Neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan
1. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas. sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter moon tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron
a. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)
Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan norepinephrine.
b. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)
Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.
C. Dopamin
1. Proses Neuroplasticity dar segi biomolekuler:
A. Potensial aksi
Urutan temporal potensial aksi elektrofisiologis atau aktivitas listrik pertama kali diamati pada tahun 1849, dijelaskan secara formal dan didefinisikan secara mekanis pada tahun 1940-an dan 1950-an (ditinjau oleh Nosyreva dan Huber, 2005). Dengan tidak adanya potensial aksi, spesies hewan akan merespon seperti tumbuhan terhadap rangsangan eksternal, misalnya, perlahan-lahan menjauh atau membungkuk ke arah pemangsa atau nutrisi pada skala waktu jam atau hari. Potensial aksi dipancarkan (dipicu) oleh neuron dan disebut impuls atau spike train. Duri dendritik dari setiap neuron tertentu pada prinsipnya menerima puluhan, ratusan, atau ribuan rangsangan rangsang dan penghambatan, yang dikumpulkan di soma. Ketika ambang aktivasi terlampaui, neuron memicu lonjakan saraf yang diangkut dari soma ke akson, menghasilkan pelepasan neurotransmiter di sinapsis terminal aksonal dan diarahkan untuk transportasi intraseluler (dendrit ke soma ke akson ke sinaps) .
B. Depolarisasi neuron
Rangsangan yang diterima oleh dendrit mendorong potensi istirahat sel dari -70 mV ke -55 mV dengan memungkinkan masuknya Na+. Biasanya, bagian dalam neuron 70 mV lebih kecil dari bagian luar, dengan relatif lebih banyak Na+ yang ada di luar dan lebih banyak K+ yang ada di dalam neuron. Hal ini meningkatkan potensi dalam membran sel hingga +30 mV untuk menghasilkan depolarisasi neuron.
C. Hiperpolarisasi neuron
Menutupnya saluran Na+ mengakibatkan terbukanya saluran K+. Sistem menjadi netral dan menghambat inisiasi potensial aksi jika kedua saluran (Na+ dan K+) terbuka secara bersamaan. Depolarisasi memiliki waktu untuk diselesaikan karena saluran K+ terbuka sangat lambat. Dengan saluran K+ terbuka, membran kembali ke potensial istirahatnya melalui proses repolarisasi. Kapan
overshoot repolarisasi, hasil hiperpolarisasi dan potensial membran istirahat melebihi sekitar -90 mV. Akibatnya, ambang batas untuk menerima stimulus lain dinaikkan selama waktu ini, atau hiperpolarisasi mencegah neuron menerima stimulus baru dan memastikan bahwa sinyal itu searah. Setelah hiperpolarisasi, membran akhirnya membentuk potensial istirahatnya sebesar -70 mV melalui pompa Na+/K+.
D. PKA dan PKC yang Diaktifkan
E. Pelepasan glutamat presinaptik
F. Depolarisasi pascasinaps.
G. Glutamat mengikat reseptor postsinaptik
H. Modifikasi pascatranslasi
I. Modifikasi reversibel DNA genom
https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/revneuro-2014-0075/html
2. Neurotransmitter pada neuroplasticity
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978008045046900680X
Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf(otak) untuk berubah, remodeling, dan reorganizedengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap stimulasi yang baru, pembentukkan jalur sarah baru(bukan neuron baru, tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadapperubahan pengalaman sebagian diperantarai olehperubahan bentuk dendrit akibat modifikasi elemensitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambahpanjang dan semakin bercabang serta terbentuk lebihbanyak spina dendrit, neuron menjadi mampumenerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyaldari neuron lain. Karena itu, koneksi sinaps yang tepatantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapatdimodifikasi oleh pengalaman. Modifikasi bertahap otak masing-masing orang oleh rangkaian pengalaman unik merupakan dasarbiologis bagi individualitas. Namun, terdapat batasan-batasan yang telah ditentukan oleh genetic dan jugaterdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkatpengaruh pola pemakaian remodelling.
Intermitten fasting menginduksi produksi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF merupakan suatu protein yang berperan dalam neuroplasticity, yakni proses pertumbuhan, kelangsungan hidup, keresponsifan dari suatu sistem saraf.
1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik.
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan
1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler.
Izin menjawab
Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinap
2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)