Teori Neurorestorasi

Forum diskusi

Forum diskusi

by Lailatuz Zaidah Laila -
Number of replies: 70

Assalamualaikum wr wb, sore ini akan kita laksankan kuliah terkait neurorestorasi, sebelum kita mulai mari kita berdoa dulu kemudian membaca surat al fatihah, setelah itu silahkan didownload kemudian jika ada pertanyaan disampaiman disini, dan teman yg lain membantu menjawab serta diakhir ppt ada pertanyaan dan harap dijawab SEKARANG di reply..terima kasih

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301097 NINDY SUCI DAMEYLA -

Waalaikumussalam ibu izin menjawab

1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.

Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA

Sumber : Nurdian, Yudha dkk. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience dalam Kehidupan. 2019. 

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301094 SALSABILA KHAIRUN NISA -

Izin menjawab bu

1. Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik [2] . 

Informasi di otak ditransmisikan dari neuron ke neuron melalui koneksi khusus yang disebut sinapsis. Sinaps antara dua neuron terdiri dari terminal prasinaps dan pascasinaps, yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Terminal prasinaptik diisi dengan vesikel kecil yang mengandung neurotransmiter kimia, dan terminal pascasinaptik terdiri dari reseptor khusus untuk neurokimia ini. Neuron membawa informasi dalam bentuk impuls listrik yang disebut potensial aksi yang dimulai pada badan sel dan berjalan ke bawah akson. Pada sinaps, potensial aksi menyebabkan pelepasan vesikel berisi neurotransmiter yang bergantung pada tegangan, sehingga mengubah impuls listrik menjadi sinyal kimia. 

Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik,di mana mereka mengikat reseptor dan menghasilkan sinyal listrik di neuron postsinaptik. Sel pascasinaps kemudian akan, pada gilirannya, memicu potensial aksi jika jumlah semua sinapsisnya mencapai ambang listrik untuk penembakan. Karena neuron dapat menerima sinapsis dari banyak sel prasinaptik yang berbeda, setiap sel mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber sebelum meneruskan informasi dalam bentuk kode listrik. Kemampuan neuron untuk memodifikasi kekuatan sinapsis yang ada, serta membentuk koneksi sinaptik baru, disebut neuroplastisitas. Didefinisikan dengan cara ini, neuroplastisitas mencakup perubahan kekuatan koneksi sinaptik yang matang, serta pembentukan dan penghapusan sinapsis pada otak orang dewasa dan yang sedang berkembang. Ini mencakup bidang penelitian yang luas,dan proses serupa juga dapat terjadi pada sinapsis perifer, di mana banyak studi perintis tentang transmisi sinaptik pertama kali terjadi. Selain itu, neuroplastisitas termasuk pertumbuhan kembali (atau tumbuh) koneksi sinaptik baru setelah cedera sistem saraf pusat.

Mekanisme perubahan fungsional

(a) Supersensitivitas denervasi:

Fenomena ini terjadi ketika neuron kortikal hilang. Karena neuron yang rusak, tidak ada sinyal saraf yang melewati neuron ini. Jadi, untuk mengimbangi ini, membran pasca-sinaptik mengembangkan lebih banyak reseptor untuk neurotransmitter untuk melewatkan sinyal saraf. Fenomena peningkatan reseptor pada membran pasca-sinaptik ini menyebabkan supersensitivitas dalam tahap denervasinya.

(b) Potensiasi jangka panjang

Dalam fenomena ini, pada membran pascasinaps, terjadi pelepasan sejumlah kecil glutamat. Selanjutnya, glutamat ini berikatan dengan reseptor yang ada di atas membran. Hal ini menyebabkan stimulasi reseptor AMPA (alpha amino-3-hydroxy-5-meter 4-isoxazole propionic acid) yang memungkinkan masuknya natrium (Na+) ke dalam membran pasca-sinaptik. Selain itu, ion magnesium dilepaskan yang selanjutnya memblokir reseptor NMDA (N-metil D-aspartat). Secara keseluruhan, proses ini mengarah pada pelepasan glutamat lebih lanjut melalui membran pos-sinaptik. Oleh karena itu, lebih banyak ion natrium masuk ke dalam membran pasca-sinaptik meningkatkan muatan positif. Selanjutnya, peristiwa ini menyebabkan pengeluaran ion magnesium dari reseptor NMDA, yang memungkinkan lebih banyak masuknya kalsium ke dalam sel pasca-sinaptik.Semua ini mengarah pada aktivasi 'Protein Kinase C dan Calmodulin Kinase', yang menyebabkan penambahan lebih banyak reseptor AMPA di atas membran pos-sinaptik. Hal ini menyebabkan stimulasi lebih lanjut dari membran pasca-sinaptik untuk melepaskan lebih banyak glutamat yang meningkatkan 'penguatan sinaps dan dengan demikian telah terjadi potensiasi'

Sifat potensiasi jangka panjang

(i) Kooperatif : Membran prasinaps harus mencapai ambang batas untuk menghasilkan impuls

(ii) Spesifisitas : Potensiasi jangka panjang hanya dapat dibangkitkan pada satu sambungan sinaptik tertentu. Namun, yang berdekatan yang tidak diaktifkan tidak dapat menunjukkan potensiasi jangka panjang

(iii) Associativity : Ada hubungan antara dua sinapsis yang berdekatan. Di mana stimulus yang lebih kuat pada satu sinaps dapat menyebabkan pembangkitan impuls pada sinaps yang lebih lemah

(c) Depresi Jangka Panjang

Depresi jangka panjang ini mengikuti stimulasi frekuensi rendah dari membran pasca-sinaptik. Dalam proses ini, pelepasan glutamat melalui membran pasca-sinaptik menyebabkan tingkat depolarisasi yang lebih rendah. Stimulus bertahap yang lambat ini menyebabkan lewatnya kalsium melalui reseptor NMDA, yang secara bertahap membangun jumlah ion kalsium di tempat reseptor. Proses ini menyebabkan aktivasi protein 'Fosfatase', yang selanjutnya mendefosforilasi substrat untuk mempertahankan reseptor AMPA untuk melakukan pembangkitan atau stimulasi membran pasca-sinaptik. Oleh karena itu, mengarah ke generasi 'Respon pasca-sinaptik yang lebih lemah'

(d) Penguatan sinaptik

Dalam proses ini, terjadi perubahan struktural pada sinaps untuk memfasilitasi neurotransmisi. Pada dasarnya ini bekerja pada 'Postulat Hebbs' di mana aktivitas terkoordinasi dari terminal prasinaps dan membran pascasinaps akan membuat koneksi sinaptik lebih kuat ('plastisitas Hebbian) [12] .

Squire L, Berg D, Bloom FE, Du Lac S, Ghosh A, Spitzer NC, editors. Fundamental neuroscience. Academic Press; 2012 Dec 17.

2. Neurotransmitter : 

Asam glutamate, asamapartat, SERINA,GABA, Dopamine, histamin,serotonin,melatonin,asetilcolin


Mohon maaf jika belum tepat terimakasih

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301081 ASTIKHA LARA NOPIGER -

Izin menjawab no 2 bu


Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.

Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.

Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual.

Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak,

namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.

Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps

Sumber : https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301050 RIZKY DWI SEPTIANI -

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih  baik  untuk beradaptasi  terhadap  situasi-situasi  baru. Terdapat  stigma  pada dunia  sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.  Pada neuroplastisitas  struktural, plastisitas sinaptik mengacu  pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti  perubahan jangka  panjang dalam jumlah  reseptor untuk  neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual.  Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau  biasa  diebut  apoptosis.  Bentuk  lain  dari  neuroplastisitas  struktural  termasuk  perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.   Sedangkan  pada  neuroplastisitas  fungsional  tergantung  pada  dua  proses  dasar,  yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan  ingatan, perubahan  permanen terjadi  dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam  waktu yang sangat  singkat akan terjadi aktivasi  dari  reseptor  metabotropik  glutamate  atau  neurotransmitter  metabotropic  glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.

2. a. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)

Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan norepinephrine.

b. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)

Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301146 FAHNAN SYAFRIAKHWAN -

wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,

1. Bagaimana proses neuroplasticity pada syaraf dari segi biomolekuler 

Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas. sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron
adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada
daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.  Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu
pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein,
dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf

salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)

https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301115 ATIKA KURNIA SARI -

Izin menjawab bu 

Secara fisiologis plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.

Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan
antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas
sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik
seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau
perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu
pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak
dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron
adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel
atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area
otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada
daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada
lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual 


Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitupembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik,berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalamefektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan
sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa
mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu padaDNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkanberbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamatmelakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jikaterdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi
aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate
(NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein,
dan secara permanen mengubah neuron pascasinap

https://uad.ac.id/id/pendidikan-sepanjang-hayat-dan-plastisitas-otak/

https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301108 SINDY ARIANTI -

1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301089 RESTU WULANDARI -

izin menjawab Bu,

1. Neuroplastisiticity Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik. Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps. 


Sumber:

Diva, SA, & Yuniati, A. (2020). Analisis Modifikasi Plastisitas Sinaptik Model STDP (Spike Timing Dependent Plasticity) dengan Mengubah Konsentrasi Kalsium Intraseluler. Kaunia: Integrasi dan Interkoneksi Islam dan Ilmu Pengetahuan, 16(2), 29-35.

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf?


- Asetilkolin (ACh)

Asetilkolin disintesis dari penggabungan kolin dan asetil-KoA dengan dikatalis oleh enzim kolin asetiltransferase. Neuron yang mensintesis dan melepaskan ACh merupakan neuron yang kolinergik. Ketika potensi aksi mencapai terminal prasinaps, maka akan diberikan ion Ca masuk melalui “voltage-gated calcium channel”. Masuknya ion Ca akan menyebabkan eksositosis vesikel prasinaps yang mengandung Ach dan melepaskan Ach ke daerah celah sinaps. Setelah berhasil, Ach harus segera dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase.

- Dopamin

Dopamin merupakan neurotransmiter monoamin. Dopamin, epinefrin dan norepinefrin merupakan golongan katekolamin sedangkan seretonin merupakan golongan indolamin. Berasal dari asam amino tirosin yang mengalami hidroksilasi. Enzim kunci sintesis dopamin adalah tirosin hidrosilase dan dopa dekarboksilase. Tirosin yang merupakan asam amino non esensial dapat dibuat dari fenilalanin dengan enzim fenilalanin hidroksilase. Sintesis tirosin terjadi di hati dan dibawa ke otak oleh tranporter asam amino. Di otak, tirosin dapat diubah menjadi DOPA dan akhirnya menjadi DOPAMIN. Kofaktor yang diperlukan dalam mengubah tirosin menjadi DOPA adalah oksigen, besi dan THB (tetrahidrobiopterin).Kofaktor untuk dopa dekarboksilase adalah PLP (piridoksal fosfat). Ada 2 reseptor Dopamin : D1 (stimulator) dan D2 (inhibitor).

-Histamin

Histamin merupakan monoamin. Di otak, dihasilkan dari sel mast dan serat saraf. Histanin disintesis dari histidin dengan bantuan enzim histidin dekarboksilase. Histamin disimpan di vesikel terminal saraf. Depolarisasi terminal saraf akan melepaskan histamin. Proses ini juga tergantung pada Ca2+. Histamin yang akan mengaktifkan reseptor di presinaps dan postsinaps. Astrosit berperan dalam inaktivasi dan degradasi histamin. Proses dapat terjadi otak dengan bantuan enzim histamin metiltransferase diikuti dengan oksidasi oleh MAO dan diikuti oksidasi menjadi asam asetat metilmidazol. Sedangkan di jaringan periferal akan mengalamin deaminasi oleh enzim diamin oksidase dan selanjutnya oksidasi membentuk asam asetat imidazol.


Sumber : Integrasi Biokimia dalam Modul Kedokteran (Endah Wulandari & Laifa Annisa Hendarmin) hal. 124

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301107 AISYA RAMADHANIA -

Waalaikumsalam, 

Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf(otak) untuk berubah, remodeling, dan reorganizedengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap stimulasi yang baru, pembentukkan jalur sarah baru(bukan neuron baru, tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadapperubahan pengalaman sebagian diperantarai olehperubahan bentuk dendrit akibat modifikasi elemensitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambahpanjang dan semakin bercabang serta terbentuk lebihbanyak spina dendrit, neuron menjadi mampumenerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyaldari neuron lain. Karena itu, koneksi sinaps yang tepatantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapatdimodifikasi oleh pengalaman. Modifikasi bertahap otak masing-masing orang oleh rangkaian pengalaman unik merupakan dasarbiologis bagi individualitas. Namun, terdapat batasan-batasan yang telah ditentukan oleh genetic dan jugaterdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkatpengaruh pola pemakaian remodelling.

Sumber : https://www.researchgate.net/profile/Yudha-Nurdian/publication/336022837_PRINSIP_DASAR_NEUROSAINS_NEUROBEHAVIOUR_DAN_NEUROPLASTISITAS/links/5d8b5d20458515202b660533/PRINSIP-DASAR-NEUROSAINS-NEUROBEHAVIOUR-DAN-NEUROPLASTISITAS?origin=publication_detail

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301091 BQ. ERIKA MEI LANDINA -

1. bagaimana proses neuroplasticity pada syaraf dari segi biomelukuler
Plastisitas otak atau neuroplastisitas memiliki arti kemampuan sistem sarafotak untuk beradaptasi dan memodifikasi organisasi secara struktural dan fungsionalterhadap kebutuhan dan stimulus yang bisa berlangsung sesuai dengan kebutuhannya.
Neuroplastisitas merupakan kemampuan otak untuk melakukan perubahan,remodeling,mereorganisasi dirinya baik pada struktur maupun fungsinya. Jaringanotak tidak bersifat statis karena jaringan otak menyesuaikan atau beradaptasi dengankondisi dari individu tersendiri. Neuroplastisitas berkaitan menggambarkan terjadinyaperubahan fungsional seperti memori, adiksi, timbulnya suatu kebiasaan tertentu, sensitisasi terhadap posisi tertentu, toleransi terhadap obat-obat tertentu, dan juga pemulihan pasca cedera otak.Mekanisme yang termasuk neuroplastisitas adalah neurogenesis, gliagenesis, dan angiogenesis. Otak melakuakn perubahan dapat dengan cara sebagai berikut:  koneksi saraf baru,penguatan saraf yang didapat dari proses pengulangan, dan pelemahan saraf yang terjadi karena jarang dipakai.

2.  Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf 
asam glutamat, asam afartat, SERINA, Gaba, dopamin, histamin, serotonin, melatonin, asetil kolin

Lestari LAY, dkk. 2019. peran neurosains, neurobehavior, dan neuroplastisitas dalam perilaku manusia

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301085 DANIA AZKA AMALINA -

1. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk berubah terus menerus sepanjang hidup individu, dan dapat diamati pada berbagai tingkatan, dengan perilaku adaptif dan pembelajaran dan memori berada di puncak hierarki, yang menghubungkan perubahan struktural dengan fungsionalitas. Dasar piramida ini dibentuk oleh molekul dan interaksinya, yang terdiri dari sinapsis, sirkuit saraf, dan tingkat ikatan yang berbeda. Sinapsis adalah situs khusus antara sel-sel saraf yang mewakili struktur utama yang terlibat dalam neurotransmisi kimia dalam sistem saraf. Prinsip dasar neuroplastisitas adalah perubahan morfologis koneksi sinaptik yang terus diperbarui atau diciptakan kembali, dengan keseimbangan proses ini sangat bergantung pada aktivitas neuron (Jasey dan Ward, 2019). Perubahan yang bergantung pada aktivitas pada sinapsis adalah salah satu poin utama dari konsep neuroplastisitas dan teori pembelajaran dan memori berdasarkan penciptaan engram yang diinduksi oleh pengalaman, tanda fisik dari perubahan struktur sinaptik (Jasey dan Ward, 2019).

Mechanisms of neuroplasticity and brain degeneration: strategies for protection during the aging process. Mariana Toricelli et al. NEURAL REGENERATION RESEARCH Vol 16 No.1 January 2021

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301088 AYU RETNO SARI -

Izin menjawab ibu

Secara fisiologis plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.

September 17, 2012/in Warta Utama UAD 

Mohon maaf apabila kurang tepat.

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301109 SITI SUNDARI -

wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... Izin menjawab, bu.
2. . Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA).

Sumber: https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan/link/5d8c31a6a6fdcc25549a5068/download

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301144 RESTU GALIH RAMADHAN -

Plastisitas Neuronal Plastisitas neuronal saat dewasa merupakan suatu perubahan dalam struktur maupun fungsi neuron  yang  diperoleh  dengan  proses learning  dan  memori  serta  perbaikan  akibat  kelukaan (Sánchez et al., 2000).  Plastisitas dapat terlihat pada dendrit maupun spina yang berada di dendrit yang berfungsi sebagai jaringan komunikasi dan berperan dalam proses integritas sinapsis atau sinaptogenesis (Häuser et al., 2000; Zhang dan Benson, 2000; Fiala et al., 2002; Segal, 2010).    Dendrit merupakan suatu prosesus perpanjangan dari soma yang berfungsi sebagai sinap untuk  menerima  informasi  (Häuser  et  al.,  2000)  sedangkan  spina  merupakan  tonjolan  yang terdapat di dendrit yang bersifat dinamik dan terspesialisasi pada sinapsis aksodendritik eksitatorik di otak (Harris dan Kater, 1994). Spina tersebut merupakan bagian post-sinapsis yang berfungsi mencegah difusi protein dan molekul kecil di antara sinapsis (Scovoda et al., 1996).   Dendrit  yang  baru  terbentuk  tidak  langsung  diselubungi  oleh  spina.  Pada  awalnya terbentuk terbentuk tonjolan yang belum berfungsi sebagai sinaps. Selama periode sinaptogenesis, tonjolan akan  membentuk seperti jari  yang disebut  filopodia.  Melalui filopodia,  dapat terjadi kontak  dengan  akson  dan  terbentuk  sinapsis  baru  (Fiala  et  al.,  1998).  Satu  filopodia  dapat menerima  banyak  sinapsis  dan  selanjutnya  filopodia  menjadi  membesar  pada  bagian  lokus sinapsnya dan menunjukkan bentuk kepala yang membulat dengan ukuran panjang sekitar 2 μm dan terisi  matriks  berupa aktin yang padat  (Fiala  et al., 2002).  Filopodia  juga dapat  berubah menjadi  bentuk yang  lain (Dailey  dan Smith,  1996;   Fiala et  al., 1998)  dan dengan  adanya sinaptogenesis, pada dendrit akan menunjukkan bentuk spina yang normal (Harris et al., 1992).

Perubahan pada spina merupakan suatu kondisi patologis yang terjadi pada syaraf. Kondisi patologi  berupa  kehilangan  spina  terlihat  pada  kondisi  penyakit  seperti  epilepsi,  hipoksia, ischemia, schizophrenia, alzheimer, maupun trauma di sistem syaraf pusat (Choi dan Rothman, 1990; Park et al., 1996; Brown et al., 1998; Garey et al., 1998; Fiala et al., 2002).  Kehilangan spina  dapat  terjadi  akibat  aktivasi  reseptor  glutamat  N-methyl-D-aspartate  (NMDA)  yang menyebabkan hilangnya filamen aktin yang berfungsi untuk stabilisasi spina (Halpain et al., 1998).  Selain  terjadi  penurunan  jumlah  spina,  peningkatan  jumlah  spina  juga  menunjukkan kondisi patologi seperti pada penyakit fragile-X syndrome (Fiala et al., 2002).   Kehilangan spina akibat kejadian seizure (kejang) secara akut secara umum tidak bersifat permanen. Perkembangan sinapsis dapat dimulai 3-4 hari (Fletcher et al., 1991) dan spina dapat terlihat pada hari ke 9 (Craig et al., 1993).  Dalam jangka waktu 15 hari sudah dapat terjadi perbaikan kepadatan  dari spina (Muller et al., 1993; Isokawa, 1998).  

Dengan  adanya  proses  proliferasi  sel  akan  mampu  meningkatkan  dan mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru untuk mempertahankan intergritas antar neuron agar dapat menjalankan fungsinya sebagai jaringan komunikasi di otak. 

Sumber : https://www.researchgate.net/publication/279193490_PROLIFERASI_DAN_PLASTISITAS_NEURONAL

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301070 NASHIR -

Assalammualaikum

Izin menjawab nomor 1 bu

1. Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik.



In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301117 VEBBY FEBIOLA MELTA -

1.     Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas. sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron

adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada

daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.  Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu

pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein,

dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.

 Sumber: 

https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

 


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301101 RADEN AYU PUTRI SURYANI -

1. Bagaimana proses neuroplasticity pada syaraf dari segi biomolekuler

Neuroplastisitas atau plastisitas otak didefinisikan sebagai kemampuan sistem saraf untuk mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap rangsangan intrinsik atau ekstrinsik dengan mengatur kembali struktur, fungsi, atau koneksinya. Sifat fundamental neuron adalah kemampuannya untuk memodifikasi kekuatan dan kemanjuran transmisi sinaptik melalui sejumlah mekanisme yang bergantung pada aktivitas, biasanya disebut sebagai plastisitas sinaptik [2] . 

Informasi di otak ditransmisikan dari neuron ke neuron melalui koneksi khusus yang disebut sinapsis. Sinaps antara dua neuron terdiri dari terminal prasinaps dan pascasinaps, yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Terminal prasinaptik diisi dengan vesikel kecil yang mengandung neurotransmiter kimia, dan terminal pascasinaptik terdiri dari reseptor khusus untuk neurokimia ini. Neuron membawa informasi dalam bentuk impuls listrik yang disebut potensial aksi yang dimulai pada badan sel dan berjalan ke bawah akson. Pada sinaps, potensial aksi menyebabkan pelepasan vesikel berisi neurotransmiter yang bergantung pada tegangan, sehingga mengubah impuls listrik menjadi sinyal kimia. 

Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik,di mana mereka mengikat reseptor dan menghasilkan sinyal listrik di neuron postsinaptik. Sel pascasinaps kemudian akan, pada gilirannya, memicu potensial aksi jika jumlah semua sinapsisnya mencapai ambang listrik untuk penembakan. Karena neuron dapat menerima sinapsis dari banyak sel prasinaptik yang berbeda, setiap sel mampu mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber sebelum meneruskan informasi dalam bentuk kode listrik. Kemampuan neuron untuk memodifikasi kekuatan sinapsis yang ada, serta membentuk koneksi sinaptik baru, disebut neuroplastisitas. Didefinisikan dengan cara ini, neuroplastisitas mencakup perubahan kekuatan koneksi sinaptik yang matang, serta pembentukan dan penghapusan sinapsis pada otak orang dewasa dan yang sedang berkembang. Ini mencakup bidang penelitian yang luas,dan proses serupa juga dapat terjadi pada sinapsis perifer, di mana banyak studi perintis tentang transmisi sinaptik pertama kali terjadi. Selain itu, neuroplastisitas termasuk pertumbuhan kembali (atau tumbuh) koneksi sinaptik baru setelah cedera sistem saraf pusat.

Mekanisme perubahan fungsional

(a) Supersensitivitas denervasi:

Fenomena ini terjadi ketika neuron kortikal hilang. Karena neuron yang rusak, tidak ada sinyal saraf yang melewati neuron ini. Jadi, untuk mengimbangi ini, membran pasca-sinaptik mengembangkan lebih banyak reseptor untuk neurotransmitter untuk melewatkan sinyal saraf. Fenomena peningkatan reseptor pada membran pasca-sinaptik ini menyebabkan supersensitivitas dalam tahap denervasinya.

(b) Potensiasi jangka panjang

Dalam fenomena ini, pada membran pascasinaps, terjadi pelepasan sejumlah kecil glutamat. Selanjutnya, glutamat ini berikatan dengan reseptor yang ada di atas membran. Hal ini menyebabkan stimulasi reseptor AMPA (alpha amino-3-hydroxy-5-meter 4-isoxazole propionic acid) yang memungkinkan masuknya natrium (Na+) ke dalam membran pasca-sinaptik. Selain itu, ion magnesium dilepaskan yang selanjutnya memblokir reseptor NMDA (N-metil D-aspartat). Secara keseluruhan, proses ini mengarah pada pelepasan glutamat lebih lanjut melalui membran pos-sinaptik. Oleh karena itu, lebih banyak ion natrium masuk ke dalam membran pasca-sinaptik meningkatkan muatan positif. Selanjutnya, peristiwa ini menyebabkan pengeluaran ion magnesium dari reseptor NMDA, yang memungkinkan lebih banyak masuknya kalsium ke dalam sel pasca-sinaptik.Semua ini mengarah pada aktivasi 'Protein Kinase C dan Calmodulin Kinase', yang menyebabkan penambahan lebih banyak reseptor AMPA di atas membran pos-sinaptik. Hal ini menyebabkan stimulasi lebih lanjut dari membran pasca-sinaptik untuk melepaskan lebih banyak glutamat yang meningkatkan 'penguatan sinaps dan dengan demikian telah terjadi potensiasi'

Sifat potensiasi jangka panjang

(i) Kooperatif : Membran prasinaps harus mencapai ambang batas untuk menghasilkan impuls

(ii) Spesifisitas : Potensiasi jangka panjang hanya dapat dibangkitkan pada satu sambungan sinaptik tertentu. Namun, yang berdekatan yang tidak diaktifkan tidak dapat menunjukkan potensiasi jangka panjang

(iii) Associativity : Ada hubungan antara dua sinapsis yang berdekatan. Di mana stimulus yang lebih kuat pada satu sinaps dapat menyebabkan pembangkitan impuls pada sinaps yang lebih lemah

(c) Depresi Jangka Panjang

Depresi jangka panjang ini mengikuti stimulasi frekuensi rendah dari membran pasca-sinaptik. Dalam proses ini, pelepasan glutamat melalui membran pasca-sinaptik menyebabkan tingkat depolarisasi yang lebih rendah. Stimulus bertahap yang lambat ini menyebabkan lewatnya kalsium melalui reseptor NMDA, yang secara bertahap membangun jumlah ion kalsium di tempat reseptor. Proses ini menyebabkan aktivasi protein 'Fosfatase', yang selanjutnya mendefosforilasi substrat untuk mempertahankan reseptor AMPA untuk melakukan pembangkitan atau stimulasi membran pasca-sinaptik. Oleh karena itu, mengarah ke generasi 'Respon pasca-sinaptik yang lebih lemah'

(d) Penguatan sinaptik

Dalam proses ini, terjadi perubahan struktural pada sinaps untuk memfasilitasi neurotransmisi. Pada dasarnya ini bekerja pada 'Postulat Hebbs' di mana aktivitas terkoordinasi dari terminal prasinaps dan membran pascasinaps akan membuat koneksi sinaptik lebih kuat ('plastisitas Hebbian) [12] .

Sumber : Squire L, Berg D, Bloom FE, Du Lac S, Ghosh A, Spitzer NC, editors. Fundamental neuroscience. Academic Press; 2012 Dec 17.

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf.

Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)

sumber:https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

 

 


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301087 AMALIA FRIENY MAYANG SARI -

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih  baik  untuk beradaptasi  terhadap  situasi-situasi  baru. Terdapat  stigma  pada dunia  sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.  Pada neuroplastisitas  struktural, plastisitas sinaptik mengacu  pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti  perubahan jangka  panjang dalam jumlah  reseptor untuk  neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. 

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)

https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301082 CHOIRUNNISA FITRI RAHAYU PRASETYANING ASTUTI -

izin menjawab ibu,

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA.

2. Salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)


sumber : Nurdian, Yudha. 2019. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience Dalam Kehidupan. Research Gate

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301082 CHOIRUNNISA FITRI RAHAYU PRASETYANING ASTUTI -

izin menjawab ibu,

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada DNA dan RNA.

2. Salah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)


sumber : Nurdian, Yudha. 2019. Konsep Neuroplasticity, Neurobehaviour, Neuroscience Dalam Kehidupan. Research Gate

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301083 TASSYA SAVERINA -
Izin menjawab ibu.

1. Peristiwa molekuler yang terlibat dalam neuroplastisitas dapat dibagi menjadi 2 yaitu struktural dan fungsional (Kulik et al., 2019) Mekanisme utama dalam proses neuroplastisitas struktural adalah neurogenesis hipokampus. Fenomena ini terdiri dari empat fase berbeda: proliferasi, migrasi, diferensiasi, dan maturasi (Kempermann et al., 2018). Prekursor seluler yang ditemukan di hipokampus, terutama di zona subgranular dentate gyrus (Volianskis et al., 2015), adalah jenis astrosit yang mengekspresikan penanda penting proliferasi sel seperti protein asam fibrilasi glial, antigen inti sel yang berproliferasi dan nestin (Kempermann et al., 2018). Setelah proses pembelahan sel, sebagian besar sel mengalami apoptosis atau difagosit oleh mikroglia (Li dan Barres, 2018). Neuroblas yang bertahan berhenti mengekspresikan protein terkait proliferasi sel dan mulai mengekspresikan protein struktural seperti doublecortin; sejak saat itu, asosiasi ekspresi doublecortin, protein inti saraf, calretinin dan calbindin menjadi ciri proses diferensiasi seluler (Kempermann et al., 2015). Neurogenesis sel-sel ini diatur oleh tingkat neurotropin seperti faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF).Perubahan dinamis dalam kompleks struktural sinaptik ini diatur dengan kuat oleh interaksi antara terminal prasinaps, wilayah pascasinaps, dan astrosit, yang dikenal sebagai sinaps tripartit. Astrosit membua reseptor metabotropik dan ionotropik, yang dapat diaktifkan oleh pelepasan neurotransmitter (norepinefrin, asetilkolin, dan glutamat). Dengan cara ini, astrosit dapat berubah, memungkinkan mereka mendeteksi dan memodulasi kekuatan aktivitas sinaptik (Verkhratsky dan Nedergaard, 2018). Peningkatan kadar Ca2+ di dalam astrosit bergantung pada aktivitas saraf dan menimbulkan pelepasan beberapa gliotransmitter (ATP dan glutamat). Selain itu, astrosit kaya akan transporter untuk glutamat, glisin, dan asam aminobutirat, yang digunakan untuk mengeluarkannya dari celah sinaptik dan, melalui enzim, untuk mengubahnya menjadi prekursor dan kemudian, di terminal pra-sinaptik, mengubahnya kembali menjadi pemancar aktif.Aktivasi konstan sel glial yang menyebabkan peradangan mungkin merupakan respons neurotoksik yang dapat dikaitkan erat dengan perkembangan penyakit neurodegeneratif (Osborn et al., 2016; Kawano et al., 2017). Jadi, sebagai respons terhadap berbagai bentuk gangguan termasuk iskemia, trauma, dan penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer, astrosit melakukan perubahan seluler dan molekuler ekstensif yang mengarah pada perubahan fungsional untuk secara aktif memodulasi plastisitas sinaptik.

2. Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)

Sumber : Mariana Toricelli dkk. 2020. Mechanisms of neuroplasticity and brain degeneration: strategies for protection during the aging process

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301080 NIMAS SOFIA AZZAHRA -

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih  baik  untuk beradaptasi  terhadap  situasi-situasi  baru. Terdapat  stigma  pada dunia  sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.  Pada neuroplastisitas  struktural, plastisitas sinaptik mengacu  pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti  perubahan jangka  panjang dalam jumlah  reseptor untuk  neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. 

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301103 EWIT ARIFA FISKAWATI -

Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah,  melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang  lebih  baik  untuk beradaptasi  terhadap  situasi-situasi  baru. Terdapat  stigma  pada dunia  sains  maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa  yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun  funsional. 

pada neuroplastisitas  struktural, plastisitas sinaptik mengacu  pada perubahan kekuatan  antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik  seperti  perubahan jangka  panjang dalam jumlah  reseptor untuk  neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.

sumber : https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301098 LILIK APRIYANTI -

1. Neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan 

antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik 
seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. 

Neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitupembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik,berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalamefektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan
sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler.
In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301102 NIKEN TRI WIYANDARI -
Jawaban : 

1. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas. sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter moon tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron

adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada
daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual. Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak, namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.  Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu
pembelajaran dan memori

2.  Jenis neurotansmoter 

a. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)

Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target untuk melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan norepinephrine.

b. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)

Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga berkebalikan dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.

C. Dopamin

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301149 RAHMAD RIZALDY KHAIRULLAH -

1. Proses Neuroplasticity dar segi biomolekuler:

A. Potensial aksi

Urutan temporal potensial aksi elektrofisiologis atau aktivitas listrik pertama kali diamati pada tahun 1849, dijelaskan secara formal dan didefinisikan secara mekanis pada tahun 1940-an dan 1950-an (ditinjau oleh Nosyreva dan Huber, 2005). Dengan tidak adanya potensial aksi, spesies hewan akan merespon seperti tumbuhan terhadap rangsangan eksternal, misalnya, perlahan-lahan menjauh atau membungkuk ke arah pemangsa atau nutrisi pada skala waktu jam atau hari. Potensial aksi dipancarkan (dipicu) oleh neuron dan disebut impuls atau spike train. Duri dendritik dari setiap neuron tertentu pada prinsipnya menerima puluhan, ratusan, atau ribuan rangsangan rangsang dan penghambatan, yang dikumpulkan di soma. Ketika ambang aktivasi terlampaui, neuron memicu lonjakan saraf yang diangkut dari soma ke akson, menghasilkan pelepasan neurotransmiter di sinapsis terminal aksonal dan diarahkan untuk transportasi intraseluler (dendrit ke soma ke akson ke sinaps) .

B. Depolarisasi neuron

Rangsangan yang diterima oleh dendrit mendorong potensi istirahat sel dari -70 mV ke -55 mV dengan memungkinkan masuknya Na+. Biasanya, bagian dalam neuron 70 mV lebih kecil dari bagian luar, dengan relatif lebih banyak Na+ yang ada di luar dan lebih banyak K+ yang ada di dalam neuron. Hal ini meningkatkan potensi dalam membran sel hingga +30 mV untuk menghasilkan depolarisasi neuron.

C. Hiperpolarisasi neuron

Menutupnya saluran Na+ mengakibatkan terbukanya saluran K+. Sistem menjadi netral dan menghambat inisiasi potensial aksi jika kedua saluran (Na+ dan K+) terbuka secara bersamaan. Depolarisasi memiliki waktu untuk diselesaikan karena saluran K+ terbuka sangat lambat. Dengan saluran K+ terbuka, membran kembali ke potensial istirahatnya melalui proses repolarisasi. Kapan

overshoot repolarisasi, hasil hiperpolarisasi dan potensial membran istirahat melebihi sekitar -90 mV. Akibatnya, ambang batas untuk menerima stimulus lain dinaikkan selama waktu ini, atau hiperpolarisasi mencegah neuron menerima stimulus baru dan memastikan bahwa sinyal itu searah. Setelah hiperpolarisasi, membran akhirnya membentuk potensial istirahatnya sebesar -70 mV melalui pompa Na+/K+.

D. PKA dan PKC yang Diaktifkan

E. Pelepasan glutamat presinaptik

F. Depolarisasi pascasinaps.

G. Glutamat mengikat reseptor postsinaptik

H. Modifikasi pascatranslasi

I. Modifikasi reversibel DNA genom


https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/revneuro-2014-0075/html


2. Neurotransmitter pada neuroplasticity

Glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein, dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
Satu dari korelasi fungsional yang paling menarik dari korteks ialah Acetylcholine (ACh) adalah perannya dalam memediasi neuroplastisitas.


https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978008045046900680X

In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301116 DIAN ISLAMIATI -

Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf(otak) untuk berubah, remodeling, dan reorganizedengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap stimulasi yang baru, pembentukkan jalur sarah baru(bukan neuron baru, tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadapperubahan pengalaman sebagian diperantarai olehperubahan bentuk dendrit akibat modifikasi elemensitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambahpanjang dan semakin bercabang serta terbentuk lebihbanyak spina dendrit, neuron menjadi mampumenerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyaldari neuron lain. Karena itu, koneksi sinaps yang tepatantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapatdimodifikasi oleh pengalaman. Modifikasi bertahap otak masing-masing orang oleh rangkaian pengalaman unik merupakan dasarbiologis bagi individualitas. Namun, terdapat batasan-batasan yang telah ditentukan oleh genetic dan jugaterdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkatpengaruh pola pemakaian remodelling.

Sumber : https://www.researchgate.net/profile/Yudha-Nurdian/publication/336022837_PRINSIP_DASAR_NEUROSAINS_NEUROBEHAVIOUR_DAN_NEUROPLASTISITAS/links/5d8b5d20458515202b660533/PRINSIP-DASAR-NEUROSAINS-NEUROBEHAVIOUR-DAN-NEUROPLASTISITAS?origin=publication_detail


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301084 CINDERA KARINA DUHA -

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam
neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system
syaraf

Intermitten fasting menginduksi produksi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF merupakan suatu protein yang berperan dalam neuroplasticity, yakni proses pertumbuhan, kelangsungan hidup, keresponsifan dari suatu sistem saraf.



In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301071 RAEHANI -

1. Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih  baik  untuk beradaptasi  terhadap  situasi-situasi  baru. Terdapat  stigma  pada dunia  sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional.  Pada neuroplastisitas  struktural, plastisitas sinaptik mengacu  pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti  perubahan jangka  panjang dalam jumlah  reseptor untuk  neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf. Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. 

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)

https://www.researchgate.net/publication/336056479_Konsep_Neuroplasticity_Neurobehaviour_Neuroscience_dalam_Kehidupan


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301076 NURFAUZAH -

1. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.

Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik, berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. 


In reply to Lailatuz Zaidah Laila

Re: Forum diskusi

by 1810301114 RIFAA' HANAN ALFIKRI -

Izin menjawab

Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun funsional. pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinap

2. Neurotransmitter apa saja yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syarafsalah satu Neurotransmitter yang berperan dalam neuroplasticity sebagai proses neurorestorasi system syaraf adalah neurotransmitter metabotropic glutamate (NMDA)