assalammualaikum, izin menjawab bu.
Cerebal Palsy
Cerebral Palsy (CP) adalah gangguan motorik dan postural non-progresif dan
juga umumnya menyebabkan disabilitas fisik yang berat pada anak (Lacoste, et
al., 2009). Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen
perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas
yang dikaitkan dengan gangguan non-progresif yang terjadi di otak janin atau bayi
yang sedang berkembang (Campbell, et al.,2012).
Pada anak-anak, hubungan antara lesi pada sistem saraf pusat dan gangguan
fungsi bisa berubah. Abnormalitas pada tonus motorik dapat meningkat selama
tahun pertama kehidupan setelah kelahiran. Cerebral palsy dapat diklasifikasikan
berdasar keterlibatan alat gerak atau ekstremitas (monoplegia, hemiplegia,
diplegia, dan quadriplegia) dan karakteristik disfungsi neurologik (spastik,
hipotonik, distonik, athetonik, atau campuran). Manifestasi klinik yang tampak
seringkali berbeda, tergantung pada usia gestasi saat kelahiran, usia kronologis,
distribusi lesi dan penyakit akibat kelainan bawaan.
CP dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, yaitu :
a. Mild
Pada tingkatan ini, anak bisa bergerak tanpa bantuan, anak tidak memiliki
keterbatasan dalam aktivitas sehari - hari.
b. Moderate
Pada tingkatan ini, anak membutuhkan alat bantu berupa brace, obatobatan, dan teknologi adaptif dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Severe
Pada tingkatan ini, anak membutuhkan kursi roda dan memliki tantangan
yang berat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
ETIOLOGI:
Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak saat periode prenatal, perinatal,
dan postnatal. Sekitar 70-80% terjadi saat prenatal yaitu bayi lahir prematur dan
gangguan pertumbuhan saat kehamilan.
Menurut Nigel (2005), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam 3 periode,
yaitu :
1. Pranatal
- Malformasi kongenital.
- Infeksi kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya
rubela, toksoplamosis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
- Asfiksia dalam kandungan (misalnya solusio plasenta, plasenta previa,
anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal).
2. Natal
- Anoksia / hipoksia
- Perdarahan intra kranial
- Trauma lahir
- Prematuritas
3. Postnatal
- Trauma kapitis
- Infeksi (misalnya meningitis bakterial, abses serebri, trombophlebitis,
ensefalomielitis)
- Kern ikterus
PATOFISIOLOGI:
1. Cedera otak atau perkembangan otak yang abnormal
Cedera otak sebelum 20 minggu kehamilan dapat mengakibatkan defisit
migrasi neuronal; cedera antara minggu 26 dan 34 dapat mengakibatkan
leukomalacia periventricular, cedera antara minggu ke-34 dan ke-40 dapat
mengakibatkan cedera otak fokal dan multifokal.
2. Prematuritas dan pembuluh darah serebral
Antara minggu 26 dan 34 usia kehamilan, daerah white matter periventrikular
dekat ventrikel lateral yang paling rentan terhadap cedera. Karena daerah ini
membawa serat yang bertanggung jawab atas kontrol motor dan tonus otot kaki.
Cedera yang terjadi dapat berupa spasik diplegia.
3. Periventrikular leukomalacia
Cedera asimetris untuk white matter periventrikuler dapat menghasilkan satu
sisi tubuh yang lebih terpengaruh dari yang lain. Gambaran keadaan dapat seperti
hemiplegia spastik tetapi lebih tampak sebagai kejang diplegia asimetris.
PROBLEMATIKA FISIO:
- Gangguan atau keterlambatan motorik
- Spastisitas
- Kontraktur
- Hipotonus
INTERVENSI:
- NDT
Pendekatan NDT yang diaplikasikan memfokuskan
pada sensorimotor dari tonus otot, refleks dan pola gerakan abnormal, kontrol
postural, sensasi, persepsi, dan memori.
Menggunakan teknik fasilitasi, inhibisi, dan stimulasi
> Fasilitasi adalah proses intervensi yang menggunakan teknik perbaikan tonus
postural dalam aktivitas tujuan yang terarah.
Input taktil yang diberikan adalah dengan bentuk vibrasi
manual dan berbagai metode tapping. Input propriseptif melalui aktivasi otot
dengan pemberian kompresi dan traksi sendi untuk membantu anak
mempertahankan mid-posisi dan selama pembebanan berat badan. Kompresi pada
sendi dapat memberikan fasilitasi terjadinya stabilisasi maupun pengurangan
tonus.
- Oral Therapy
memberikan stimulus berupa sentuhan menggunakan tangan atau pun sikat berbulu halus pada bagian pipi kanan dan kiri, upper dan down lips, bagian lidah, pipi dalam dan juga gusi anak. ini diharapkan dapat mengurangi efek drolling atau ngeces dan memperbaiki fungsi menghisap dan menelan dari anak.
- Play Therapy dan strenghtening
bisa menggunakan gymbal, posisikan anak untuk duduk diatasnya dan terapis akan menggoyangkan bola tersebut , hal ini diharapkan dapat memperkuat muscle core, pelvic, dan shoulder karena anak akan berusaha menyeimbangkan tubuhnya. gunakan mainan untuk menarik perhatian anak.
- Latihan tidur terlentang ke duduk
- Latihan tengkurap
- Latihan crawling
- Latihan kneeling
- Fasilitasi untuk latihan berjalan
- Braingym
kemudian setelah itu dapat dievaluasi secara berkala menggunakan GMFM.