Forum: Paham Agama dalam Muhammadiyah/ Aisyiyah.

paham agama

paham agama

by 1710201257 NOVI WIDYA NINGRUM -
Number of replies: 0

saya memahami dengan pemahaman keagamaan dalam muhammadiyah.

karena paham agama dalam muhammadiyah yang bersumber dari Al Quran dan  As Sunah. kemudian dalam paham muhammadiyah juga pembaruan mengenai perkembangan zaman dan tetap sesuan dengan ajaran agama islam.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٦٢)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)

Kata dia, ayat ini menunjukkan semua agama benar, sebab seolah-olah ayat ini membenarkan pemahaman orang-orang Nashrani, Yahudi dan ash-Shabiin. Padahal ayat ini menunjukkan pemahaman yang sebaliknya, yaitu sesatnya orang-orang Nashrani, Yahudi, dan ash-Shabiin yang tidak beriman pada apa yang dibawakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Imam Ibnu Kastir rahimahullah berkata:

نبه تعالى على أن مَنْ أحسن من الأمم السالفة وأطاع، فإن له جزاء الحسنى، وكذلك الأمر إلى قيام الساعة؛ كُلّ من اتبع الرسول النبي الأمي فله السعادة الأبدية، ولا خوف عليهم فيما يستقبلونه، ولا هُمْ يحزنون على ما يتركونه ويخلفونه

“Allah ta’ala mengabarkan bahwa siapa saja yang baik agamanya dari umat-umat sebelumnya kemudian mereka taat, maka mereka akan mendapatkan balasan yang sangat baik, demikian pula halnya dengan perkara hari kiamat. Semua yang mengikuti Rasul, Nabi yang Ummiy (buta huruf) maka akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi, mereka tidak perlu merasa takut akan perkara yang akan mereka dapatkan setelahnya dan tidak perlu sedih dengan sesuatu yang akan mereka tinggalkan.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/97)